Minggu, 21 Desember 2008

Kerangka pikir analisis risiko dampak radiologi dari suatu PLTN

Bila anda ingin melakukan perhitungan dampak radiologi dan risiko akibat lepasan bahan radiasi dari suatu instalasi nuklir, ikutilah kerangka pikir disamping ini. Masyarakat akan dapat membuktikan sendiri bagaimana dampak dan risikonya pada kondisi normal maupun kecelakaan. Saya siap membantu anda!

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dunia akan energi yang ramah lingkungan maka alternatif sumber energi dengan memanfaatkan teknologi nuklir layak dipertimbangkan secara serius. Sebagai seorang yang berkecimpung banyak di dunia teknologi nuklir dan lingkungan, sedikit banyak saya bisa menjawab beberapa pertanyaan yang mungkin membantu anda lebih memahami nuklir sebagai alternatif energi yang ramah lingkungan. Silahkan berikan komentar anda!

Read More...

Selasa, 11 November 2008

ANALISIS LUASAN PENERIMA DAMPAK PENCEMARAN RADIONUKLIDA I-131 UNTUK MANAJEMEN KEDARURATAN*)

Jupiter Sitorus Pane, Sugianto, Puradwi Ismu Wahyono

ABSTRAK
ANALISIS LUASAN PENERIMA DAMPAK PENCEMARAN RADIONUKLIDA 131I UNTUK MANAJEMEN KEDARURATAN. Dalam rangka penyiapan manajemen kedaruratan, identifikasi lokasi dan luasan dampak perlu dilakukan secara otomatis sehingga langkah-langkah mengurangi dampak kecelakaan dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif. Sebagai langkah awal penelitian ini dilakukan penguasaan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi lokasi, arah dan luasan dampak secara off-line. Untuk maksud tersebut telah dilakukan penggkajian penggunaan perangkat lunak ALOHA (Area Location of Hazard Atmosphere) dan ARCVIEW dalam menentukan lokasi dan arah penerimaan dampak pencemaran radionuklida dari PLTN tipe PWR dengan daya 1000 MW. Hasil pengkajian ini memberikan informasi tentang luas penerimaan bahan radionuklida pada 8 arah angin dan meliputi batas administrasi, penduduk, penggunaan lahan, jalan. Berdasarkan identifikasi ini kemudian diambil langkah-langkah manajemen kecelakaan untuk memitigasi dampak radiasi terhadap publik dan lingkungan. Pemanfaatan lebih lanjut hasil penelitian ini adalah dengan menghubungkan perangkat lunak ALOHA dengan perangkat akusisi data angin sehingga diperoleh suatu manajemen kedaruratan luas kawasan yang terintegrasi.

Kata Kunci : ALOHA, kedaruratan, identifikasi, mitigasi, dampak, akuisisi.

ABSTRACT
ANALISYS OF RADIONUCLIDE POLUTION RECEPTOR AREA OF 131I FOR EMERGENCY MANAGEMENT. In order to prepare an emergency management, an identification of location and impact area need to be performed automatically so that mitigation on radiological impact can be applied. As a first step of the preparation, it is necessary to investigate software that capable to identify location, direction and area of impact. Therefore, study on using ALOHA software that combine with ARCVIEW to identify location, direction and area of impact during radiological release from PWR type Nuclear Power Plant with nominal power of 1000 MW has been performed. The result provides information on radionuclide acceptance area at 8 wind direction which covers administration boundary, population, land use, road, and facilities. Based on this identification, then, actions on emergency management to mitigate radiation impact for public and environment are taken. Further implementation on this result is to connect the ALOHA to wind data acquisition so that an on line prediction on direction and area of impact can be performed for integrated off site emergency management.

Key words: ALOHA, emergency, identification, mitigation, impact, acquisition
=====================================================
*)dipresentasikan pada Seminar Teknologi Keselamatan PLTN dan Fasilitas Nuklir I4, 5 November 2008, Bandung Read More...

ANALISIS PERUBAHAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN AKIBAT PEMBANGUNAN PLTN DI KABUPATEN JEPARA DENGAN METODE INPUT OUTPUT *)

Jupiter Sitorus Pane, Heni Susianti

ASTRAK
ANALISIS PERUBAHAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN AKIBAT PEMBANGUNAN PLTN DI KABUPATEN JEPARA DENGAN METODE INPUT OUTPUT

Dalam menyongsong kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006, tentang Kebijakan Energi Nasional dimana energi nuklir dijadikan sebagai salah satu sumber energi alternatif, berbagai kajian yang menyangkut keselamatan lingkungan perlu dilakukan. Sebagai salah satu bagian dari analisis dampak lingkungan, telah dilakukan analisis perubahan pemanfaatan lahan pertanian akibat pembangunan PLTN di Kabupaten Jepara dengan metode Input-Output. Dengan metode ini dilakukan estimasi pertumbuhan ekonomi sebagai dampak pembangunan PLTN dan akibatnya terhadap perubahan pemanfaatan lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan untuk pemenuhan kebutuhan pembangunan PLTN telah berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat sekaligus mendorong pada peningkatan kebutuhan lahan pertanian sebesar 4-11% dibandingkan pertumbuhan secara alamiah. Hasil analisis ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan tata ruang Kabupaten Jepara yang berkeseimbangan.
Kata Kunci: Tata ruang, analisis input-output, kebijakan energi nasional

ABSRACT
ANALYSIS ON AGRICULTURE LANDUSE CHANGE DUE TO NPP CONSTRUCTION AT DISTRICT OF JEPARA USING INPUT-OUTPUT METHODE

In order to support government policy issued in Presidential Rule No. 5, Year of 2006 concerning National Energy Policy, where nuclear energy chosen as one of the alternative energy source, various investigation concerning environmental safety should be conducted. As part of environmental impact analysis, an analysis of agriculture land use change due to the development of NPP in District of Jepara has been performed using Input-Output method. With this method an estimation of economic growth as impact of NPP construction to land use change and its impact to agriculture land change were performed. Research result indicate that demand for accomplishment of requirement of development PLTN have affected the increasing of public economics as well as requirement of agriculture farm as much as 4-11% compared to naturally growth. This result can be made as a consideration to compilation of balanced spatial planning of District of Jepara.

Key words: Spatial, analysis input-output, national energy policy.
_________________________________________________________________________
Disampaikan pada Seminar Nasional Keselamatan dan Lingkungan IV , 27-08- 2008 Read More...

Senin, 10 November 2008

DAMPAK PEMBANGUNAN PLTN TERHADAP PERUBAHAN TATA RUANG KABUPATEN JEPARA DITINJAU DARI KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA*)

ABSTRAK
Jupiter Sitorus dan Heni Susianti

DAMPAK PEMBANGUNAN PLTN TERHADAP PERUBAHAN TATA RUANG KABUPATEN JEPARA. Kajian dampak pembangunan PLTN terhadap perubahan tata ruang telah dilakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam Peraturan Pemerintah No. 5, Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dimana energi nuklir dijadikan sebagai salah satu sumber energi alternatif. Studi dilakukan dengan mengestimasi pertumbuhan penduduk secara alamiah dengan metode geometrik, pertambahan tenaga kerja pembangunan PLTN berdasarkan kebutuhan standar, dan pertumbuhan penduduk sebagai dampak pertumbuhan ekonomi dengan perhitungan penganda tenaga kerja metode input-output. Selanjutnya dilakukan prediksi perubahan pemanfaatan ruang oleh kebutuhan sarana dan prasarana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pola pemanfaatan ruang kawasan budi daya non-pertanian pemukiman dan pekerangan adalah sebesar 15%. Demikian pula pertumbuhan penduduk mencapai tingkat kepadatan antara 31-45 jiwa per ha.

Key words: Tata ruang, geometri, analisis input-output, kebijakan.

ABSTRACT

IMPACT OF NPP DEVELOPMENT TOWARD SPATIAL PLANNING OF DISTRICT OF JEPARA. Study on effect of the development of NPP on spatial planning change at District of Jepara had been done to support policy of government in governmental rule No. 5, Year of 2006 concerning National Energy Policy where nuclear energy is chosen as one of alternative energy source. The study was done by estimating growth of resident naturally with geometric method, increase of constructing labor pursuant to requirement of standard, and growth of resident as impact of economics growth with calculating labor multiple method of input-output and then to predict the land use change due to facilities requirement. Research result indicates that change of space pattern of non-agriculture settlement is equal to 15%. It also shows that growth of resident density rises to level of 31-45 person per ha.

Keywords: spatial planning, geometric, input-output analysis, policy
*) Disampaikan pada Seminar Nasional dan Workshop Pengelolaan Limbah, 24 Juni 2008 Read More...

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG BERDASARKAN PRAKIRAAN DAMPAK RADIOLOGI


ABSTRAK

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG BERDASARKAN PRAKIRAAN DAMPAK RADIOLOGI. Kajian tentang pemanfaatan ruang di sekitar calon tapak pembangkit listrik tenaga nuklir di Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria untuk mengantisipasi dampak radiologi akibat suatu kecelakaan nuklir telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk memberi masukan tentang pemanfaatan ruang oleh suatu PLTN bila terjadi pelepasan radionuklida ke udara dan tanah sehingga dampak terjadi dapat diminimumkan. Analisis dilakukan dengan memprediksi zone kedaruratan berdasarkan tingkat dosis efektif individu pada beberapa jarak tertentu dan kecendrungan pertumbuhan penduduk dan pemanfaatan ruang di sekitar PLTN selama usia PLTN. Hasil kajian menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat dosis efektif radiasi diperoleh zone kedaruratan sebagai PAZ, 0-2 km, UPZ, 2-10 km, LPZ, > 10 km. Pertumbuhan kerapatan penduduk di sekitar PLTN umumnya berpusat pada pusat Kabupaten yang jaraknya relatif jauh yaitu lebih dari 10 km dari PLTN, dengan demikian dampak radiologi terhadap penduduk yang padat dapat dihindari. Pemanfaatan ruang saat ini masih pada kategori berpenduduk jarang karena wilayah dalam radius tersebut didominasi oleh perkebunan karet dan tidak ada aktivitas yang dapat mengancam beroperasinya PLTN. Untuk mempertahan kondisi maka ini maka hasil penelitian ini perlu diimplementasikan dalam kebijakan tata ruang kabupaten Jepara.

Kata kunci: PLTN, pelepasan, dispersi, dosis efektif, zone kedaruratan, pemanfaatan ruang.


ABSTRACT

LAND USE ANALYSIS ON NUCLEAR POWER PLANT SITE AT UJUNG LEMAHABANG BASED ON RADIOLOGICAL ASSESSMENT Investigating on land use for nuclear power plant site at Ujung Lemahabang Semenanjung Muria to anticipate radiological impact during nuclear accident had been performed. The purpose of the research is to provide the land use for NPP when radionuclides release occurred so as the consequences of the release can be minimized. The analysis was done by predicting emergency zone based on an individual effective dose at certain distances and trend of population growth and land use surround NPP within its lifetime. The result showed that based on effective dose radiation level, the emergency zone were divided into PAZ (0-2 km), UPZ (2-10 km) and LPZ (> 10 km). The growth of population density surround the NPP was concentrated on the center of the County which are located more than 10 km from Ujung Lemahabang. It means that the radiological consequences to the dense population can be avoided. The use of land surround PLTN by population is still low at present, this condition should be preserved by a spatial planning of Jepara County .
Key words: NPP, release, dispersion, effective dose, protective zone, land use.
Read More...

Kamis, 03 Juli 2008

Analisis Risiko Lingkungan

Analisis Risiko Lingkungan

Risiko adalah merupakan perkiraan kemungkinan terjadinya konsekuensi kepada manusia atau lingkungan. Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai risiko kesehatan, sedangkan risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai risiko ekologi. Secara matematis risiko dirumuskan sebagai perkalian antara frekuensi kejadian dan konsekuensi atau R= f(p.k).

Analisis risiko diperlukan untuk mendukung aktivitas pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Penerapan ARL banyak diterapkan pada industri-indutri seperti pabrik kimia yang menggunakan bahan baku beracun, alat angkut bahan berbahaya (LNG, gas yang berpotensi meledak, radioaktif), industri pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, dan lain-lain. Dengan melakukan analisis risiko, pihak manajemen akan lebih mudah melakukan pengelolaan lingkungannya dan akan sangat bermanfaat dalam audit lingkungan.

Dalam melakukan ARL umumnya dilakukan dalam tahapan (1) Perumusan dan identifikasi masalah, (2) Penilaian dampak, (3) Penilaian eksposure, (4) Karakteristik risiko, dan (5) Analisis ketidak pastian. Dalam perumusan masalah terlebih dahulu diidentifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dan dilakukan seleksi terhadap risiko yang mungkin memberikan dampak terbesar. Untuk penilaian dampak maka terlebih dahulu dianalisis kondisi dan sifat-sifat reseptor yang akan menerima bahan pencemar, dan selanjutnya dilakukan karakterisasi risiko dalam domain waktu maupun spasial. Untuk hal ini maka perlu dilakukan amalgamasi atau agregasi dengan melakukan metode tumpang tindih (overlay).

Semoga bermanfaat untuk melakukan analisis risiko lingkungan. Read More...

Selasa, 10 Juni 2008

REDUKSI RISIKO

MANAJEMEN KECELAKAAN RADIASI LUAR KAWASAN TERPADU

Dalam rangka mereduksi risiko dari suatu instalasi yang berpotensi melepaskan bahan berbahaya dapat dilakukan dalam 3 kategori yaitu kategori pencegahan, reduksi dan kesiapsiagaan kedaruratan. Pada kategori pencegahan dilakukan melalui pencegahan pelepasan sumber bahan berbahaya dengan menggunakan teknologi maupun proses yang proven, perencanaan pemanfaatan lahan untuk menghindari penduduk terkena pelepasan bahan berbahaya yang tinggi, dan menghindarkan angkutan bahan berbahaya melewati wilayah dengan penduduk padat. Dalam kategori reduksi dapat dilakukan dengan penambahan peralatan atau instrumentasi yang dapat mengurangi kemungkinan dampak kecelakaan maupun dengan menerapkan manajemen keselamatan instalasi, menerapkan rencana pemanfaatan ruang di sekitar instalasi dengan benar sehingga tidak terjadi perkembangan penduduk yang semakin tinggi di sekitar instalasi berbahaya. Oleh karena itu ditinjau dari sisi reduksi risiko proses pemilihan tapak, perancangan, konstruksi, operasi dan bahkan dekomisioning diartikan sebagai suatu usaha terpadu untuk mencegah risiko yang lebih besar bila terjadi suatu kecelakaan.

Selanjutnya dalam kondisi terjadi kecelakaan, maka kesiapsiagaan darurat dan keahlian dalam merespon kondisi darurat sangat berperan memegang peranan penting dalam mereduksi risiko [1]. Sebagaimana diketahui bahwa risiko adalah perkalian frekuensi kejadian dikalikan dengan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh bahan berbahaya tersebut [2]. Semakin lama penanganan kondisi kecelakaan semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu sangat diperlukan manajemen kecelakaan luar kawasan (off-site) yang terpadu yang dapat mengendalikan akumulasi sumber berbahaya sampai kepada manusia dan lingkungan.

Khusus pada instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) maka langkah-langkah manajemen kecelakaan terpadu dapat dilakukan sebagai berikut ini. Pertama, melakukan studi prakiraan penyebaran bahan radiasi dalam kondisi normal dan kecelakaan dan dampaknya terhadap penduduk dan lingkungan secara spasial dan temporal selama usia hidup PLTN tersebut. Secara spasial dimaksud agar peta pemanfaatan lahan sebagai pemukiman, perkantoran, industri, sawah, perkebunan, hutan, bangunan bersejarah, sungai, jalan, dan lain lain dapat diketahui dan diperkirakan risiko yang mungkin terjadi. Secara temporal dimaksud agar dapat diketahui perkembangan perubahan kondisi sekitar PLTN selama usia PLTN dan perkembangan dampak yang ditimbulkannya. Dari studi ini akan diperoleh data sensitifitas perubahan dosis radiasi dari kondisi normal ke kondisi kecelakaan, lokasi penyebaran bahan radiasi, critical group, zona radiasi, zona kedaruratan, dan kecendrungan perubahan dampak selama usia PLTN.

Kedua, berdasarkan analisis tersebut dirancanglah suatu sistem monitoring dan peringatan dini yang berfungsi untuk memonitor perkembangan paparan radiasi dan dalam kondisi melebihi batas yang telah ditetapkan maka sistem akan mengirimkan peringatan dini untuk segera mengambil tindakan proteksi (protecive action).

Ketiga, langkah tindakan proteksi akan sangat dibantu bila manajemen kecelakaan dilengkapi dengan prosedur otomatis menganalisis prakiraaan besar dan arah dosis terkini dan hasil pengukuran dosis paparan terkini. Hasil prakiraan ini menetukan langkah-langkah yang harus diambil selanjutnya, misalnya bila dosis melebihi tingkat interfensi operasional (Operational Intervention Level, OIL) maka langkah penanggulangan tertentu harus dilakukan. Berikut ini adalah beberapa upaya penanggulangan berdasarkan proyeksi dan pengukuran [3]:

Basis: Proyeksi; OIL; Kriteria Dasar: proyeksi menunjukkan perlu tindakan sheltering; Upaya penanggulangan: Sheltering dalam gedung dan persiapan evakuasi

Basis: Laju dosis; OIL: 1; Kriteria Dasar: 1 mSv/jam; Upaya Penangulangan: Evakuasi dan siapkan Shelter pada sektor dan sektor terdekat.

Basis: Laju dosis; OIL: 2; Kriteria Dasar: 0.2 mSv/jam; Upaya penanggulangan: minum zat penghambat thyroid, tutup jendela dan pintu, monitor radio dan TV untuk instruksi selanjutnya.

Dengan demikian langkah-langkah proteksi dapat dilakukan dengan tepat sasaran seperti sheltering, penyebaran tablet iod, evakuasi segera, evakuasi tertunda, relokasi ke tempat yang lebih aman dan lain-lain.

Sebagai contoh, pada kejadian kecelakaan nuklir di Chernobyl langkah-langkah yang diambil dalam rangka mengurangi dampak resiko adalah dengan mengevakuasi penduduk pada radius 30 km, menutup reaktor yang mengalami kecelakaan dengan teknik pengungkungan (sarkofagus), meminum tablet iod, menghancurkan hewan dan tanaman yang dekat dengan reaktor, melakukan pengawasan yang ketat terhadap tanaman dan hewan yang berada pada daerah terkontaminasi [4].

Dalam menyongsong pembangunan PLTN di Indonesia maka pengembangan peralatan manajemen kecelakaan ini harus terus dikembangkan untuk mendukung PLTN yang aman dan selamat bagi lingkungan.

Daftar Pustaka
[1] IAEA, Guideline for Integrated Risk Assessment and Management in Large Industrial Areas, TECDOC-994,IAEA, Vienna, 1998.
[2] IAEA, Probabilistic Safety Assessment, TECDOC 1209, Vienna, 2001
[3] IAEA, Generic Procedure For Determining Protective Action During Reactor Accidents, TECDOC-995, Vienna, 1997.
[4] IAEA, One decade After Chernobl, Summing Up The Consequences of The Accident, IAEA, Vienna, 1996. Read More...

Senin, 09 Juni 2008

MANAJEMEN RISIKO

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO YANG TERINTEGRASI
DALAM INDUSTRI PLTN.


Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, kompetisi di antara berbagai jenis dan bentuk industri sangat ditentukan oleh tingkat kehandalan industri itu sendiri dalam beroperasi, keselamatan kerja dan lingkungan, dan ekonomi. Instalasi yang banyak mengalami kegagalan operasi, berdampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dan tidak fleksibel terhadap fluktuasi perekonomian umumnya tidak akan dapat bertahan lama dan akhirnya gulung tikar. Hal ini akan berdampak terhadap hilangnya seluruh investasi yang sudah dikeluarkan.
Untuk menghindari terjadinya kerugian semacam ini, maka salah satu alat yang sangat efektif digunakan pada industri-industri adalah dengan menerapan manajemen risiko dalam perusahaan tersebut.[1, 2] Walaupun secara defenisi pengertian manajemen risiko dapat diartikan dalam bentuk yang berbeda-beda, namun secara umum pengertiannya mengandung arti langkah-langkah yang diambil untuk mencegah dan atau mengurangi risiko tersebut. Tentu langkah ini akan diambil setelah terlebih dahulu melakukan analisis risiko terhadap kejadian rugi atau kecelakaan yang diperkirakan dapat timbul.
Industri Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah suatu industri pembangkit listrik yang menggunakan panas dari reaktor nuklir untuk memutar turbin dan membangkitkan energi listrik Generator, untuk kemudian didistribusikan ke pemakai. Berbagai potensi risiko dapat saja terjadi dalam pengoperasian industri nuklir, namun dengan menerapkan manajemen risiko berbagai potensi risiko ini dapat dicegah atau dikurangi. Itu sebabnya berbagai negara termasuk negara maju tetap menggunakan energi nuklir, walaupun berberapa kejadian kecelakaan nuklir seperti Three Miles Island dan Chernobyl terjadi. Di Amerika Serikat, 19,33% dari energinya berasal dari nuklir, Inggris 19,86%, Rusia 15,78%, Cina 2,03%, Perancis 78,45%, Jerman 30.98%, Jepang 45%, dan lain-lain di lebih dari 30 negara [3]
Dalam artikel ini penulis mengajak pembaca untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya penerapan manajemen risiko pada suatu industri nuklir dan bagaimana integrasinya dengan aspek produksi, finansial dan kebijakan strategis. Secara sistematik tulisan ini akan menguraikan tentang pembangkit listrik tenaga nuklir dan potensi risiko yang terkait, manajemen risiko terkait keselamatan, manajemen risiko yang terintegrasi, dan penutup.


Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Potensi Risiko Yang Terkait

Salah satu jenis reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir yang banyak digunakan adalah reaktor jenis reaktor air ringan bertekanan (pressurized water reaktor, PWR), dengan komponen utama terdiri dari teras reaktor (fuel core), bejana tekan (pressure vessel) , batang kendali (control rod), kendali tekanan (pressurizer), pembangkit uap (steam generator). Teras reaktor yaitu susunan bahan bakar uranium sekaligus tempat terjadinya reaksi fisi yang menghasilkan energi dan bahan radionuklida yang sangat bersifat radioaktif. Komponen bejana tekan (pressure vessel), yaitu bejana tempat teras dan pendingin teras berada. Bejana ini diberi tekanan sedemikian rupa, sehingga pendingin tidak mengalami pendidihan sebelum sampai ke komponen pembangkit uap (steam generator).
Pada pembangkit uap, pendingin primer dengan suhu dan tekanan tinggi berubah menjadi uap untuk disalurkan ke turbin. Batang kendali berfungsi untuk mengendalikan daya reaktor dalam kondisi transient maupun tunak atau steady state. Komponen lain berupa kendali tekanan atau pressurizer digunakan untuk mengendalikan tekanan yang ada pada bejana tekan melalui dinamika fluktuasi ketinggian pendingin pada tabung pengontrol tekanan (pressurizer). Seluruh komponen reaktor dikungkung dalam suatu pengungkung atau sungkup (containment) untuk menghindarkan pelepasan bahan radionuklida ke lingkungan, bila terjadi kecelakaan. Komponen lain di luar sungkup reaktor adalah turbin, generator yang digunakan untuk membangkitkan listrik, dan komponen kondensor beserta pompa feed waternya untuk sirkulasi air pendingin ke pembangkit uap.
Sebagai suatu instalasi yang memiliki banyak sistem dan komponen, maka kegagalan suatu komponen dapat merambat ke dalam sistem dimana komponen tersebut berada. Apabila kegagalan komponen tersebut menyebabkan kegagalan pada sistem keselamatan maka risiko terjadi kecelakaan tidak dapat dihindari. Pada industri nuklir, kejadian kecelakaan yang paling membahayakan dan harus dihindari adalah kecelakaan yang menyebabkan kerusakan teras (core damage), karena kerusakan ini dapat berdampak melelehnya teras dan melepaskan bahan radionuklida ke bejana tekan, sungkup, dan bahkan sampai ke lingkungan. Oleh karena itu ukuran untuk menggambarkan kecelakaan pada industri nuklir adalah frekuensi terjadinya kerusakan teras atau core damage frequency (CDR). Dari sisi produksi dan operasi, risiko dapat terjadi oleh ke tidak lancaran pasokan bahan baku berupa bahan bakar nuklir dan hambatan pemasaran listriknya, termasuk manajemen dan organisasi sumber daya manusia, inovasi teknologi, manajemen, manajemen inventory, penanganan dokumen. Dari sisi finansial, pergerakan variable keuangan seperti harga bahan bakar, biaya produksi, kurs mata uang dan suku bunga juga menyebabkan risiko yang tidak kalah pentingnya. Belum lagi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan yang strategik seperti perubahan yang mendasar dalam sistem perekonomian, perdagangan dan politik. Seluruh risiko-risiko ini perlu diintegrasikan untuk mendapatkan kinerja PLTN yang paling optimal. Namun demikian, mengingat risiko yang berkaitan dengan keselamatan merupakan risiko yang paling vital dalam penanganannya, maka pada bagian berikut ini, secara khusus akan diuraikan manajemen risiko yang berkaitan dengan keselamatan PLTN.

Manejemen Risiko Terkait Keselamatan

Dalam suatu kecelakaan nuklir, identifikasi sumber-sumber kecelakaan dilakukan dalam tiga tingkatan yaitu tingkat pertama untuk kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan kerusakan teras, tingkat kedua adalah untuk kejadian-kejadian yang menyebabkan kegagalan sungkup, dan tingkat ke tiga adalah kejadian-kejadian yang menyebabkan dampak radiologi terhadap masyarakat dan lingkungan. Selanjutnya manajemen risiko diuraikan untuk masing-masing tingkat kejadian sebagai berikut ini.

Kerusakan Teras

Berbagai kejadian awal yang dapat menyebabkan kerusakan teras telah diidentifikasi dalam suatu dokumentasi teknis yang dikeluarkan oleh Badan Tenaga Atom International (IAEA).[5] Dalam dokumen tersebut kejadian awal yang dipostulasikan (Postulated Initiating Events) dikelompokkan dalam 8 kelompok jenis kecelakaan yaitu kecelakaan yang disebabkan oleh (1) peningkatan pemindahan panas oleh sistem sekunder, (2) penurunan pemindahan panas oleh sistem sekunder, (3) penurunan laju alir sistem pendingin reaktor, (4) penyimpangan distribusi daya dan reaktivitas, (5) peningkatan kandungan pendingin reaktor, (6) penurunan kandungan sistem reaktor, (7) pelepasan radioaktif dari komponen dan sistem, (8) kondisi transient tanpa pancung. Apabila diuraikan masing-masing kelompok maka akan terdapat lebih dari ratusan skenario kejadian awal yang dapat menyebabkan kecelakaan teras.
Dengan mengacu kepada rancangaan PLTN, maka untuk masing-masing kejadian awal dapat dibangun urutan kejadian berikutnya hingga sampai pada kejadian kerusakan teras. Penggambaran urutan kejadian ini umum disebut sebagai pohon kejadian (Event Tree). Dengan memasukkan nilai probabilitas urutan kejadian-kejadian dalam ”pohon kejadian” tersebut kemudian dapat ditentukan probabilitas atau frekuensi kerusakan teras (CDF) oleh kejadian awal yang diasumsikan. Probabilitas masing-masing kejadian dihitung dengan mengacu kepada laju kegagalan sub sistem sistem atau komponen yang membentuk kejadian-kejadian (events) tersebut, yang tergambar dalam diagram logika suatu pohon kejadian (fault tree).
Metode penghitungan CDF dengan menggunakan Event Trees dan Fault Trees disebut sebagai metode Probability Risk Assessment (PRA) atau sering juga disebut dalam bentuk yang lebih luas sebagai Probability Safety Assessment (PSA).
Pada tingkat kecelakaan yang menyebabkan kerusakan teras ini, maka manajemen risiko dilakukan dengan tujuan memperkecil probabilitas atau frekuensi CDF. Langkah tersebut meliputi penambahan instrumentasi dalam instalasi untuk memperkecil frekuensi kejadian-kejadian yang terdapat pada pohon kejadian tersebut maupun dengan meningkatkan manajemen sistem keselamatan[4]. Dengan penambahan peralatan ini, maka dengan menggunakan metode PSA dapat diperoleh probabilitas CDF yang lebih kecil.
Karena dasar penyusunan Event Tree dan Fault Tree berkaitan dengan desain suatu instalasi, maka manajemen risiko sangat berkaitan dengan peningkatan disain instalasi dan kehandalan komponen yang terlibat dalam membentuk disain tersebut. Dengan penambahan sistem pasif dan redundansi pada fitur keselamatan reaktor generasi ke II, maka CDF pada PLTN generasi ke III berubah dari 10-4 reaktor per tahun menjadi 10-6 – 10-7 reaktor per tahun. Artinya probabilitas terjadinya kecelakaan kerusakan teras menjadi jauh lebih kecil.

Kegagalan sungkup

Terjadinya kerusakan teras tidak selalu menyebabkan lolosnya bahan radionuklida ke lingkungan. Lolosnya bahan radionuklida hanya mungkin terjadi bila kejadian kecelakaan teras diikuti dengan kegagalan pada sistem keselamatan sungkup, yang meliputi sistem isolasi sungkup, sistem pendingin sungkup pasif, injeksi tanki penyimpan air yang terdapat dalam sungkup.[6]
Seperti halnya pada kejadian kerusakan pada teras, langkah-langkah manajemen risiko dilakukan dengan cara yang sama yaitu penggunaan teknologi alternatif maupun penambahan peralatan atau memperkuat keandalan sistem yang terkait dengan pohon kejadian tersebut yang akan memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Kerusakan lingkungan

Bila terjadi kerusakan teras dan diikuti oleh kegagalan sungkup, maka akan terjadi penyebaran bahan radioaktif di udara, sebagian akan terdeposisi ke tanah, tersuspensi kembali ke udara, terserap oleh tanaman dan ternak dan akhirnya sampai kepada manusia melalui hisapan udara (inhalation), pajanan awan radiasi, makanan, dan melekat ke kulit. Dengan melakukan analisis risiko akan dihasilkan prakiraan sebaran dampak secara spasial yang ditunjukkan dalam bentuk risiko absolut, risiko relatif, grafik frekuensi kejadian fatal FN graph, profile risiko, isoline risiko, dan matrik risiko.
Untuk menghindari banyaknya penduduk terkena pajanan radiologi dengan risiko tinggi maka manajemen risiko yang harus dilakukan adalah merencanakan pemanfaatan ruang (land use) dan penyusunan kesiap siagaan darurat, sebagai lanjutan dari manajemen yang dilakukan untuk kerusakan teras dan kegagalan sungkup [4]. Perencanaan pemanfaatan ruang dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di sekitar PLTN adalah penduduk jarang, tersedianya zone-zone kedaruratan Precautionary Protective Action Zone (LPZ) yang dapat dikuasai oleh penguasa instalasi PLTN, Urgent Protective Action Zone (UPZ), Longterm Protective Action Zone (LPZ), dan tidak adanya aktivitas manusia yang dapat mengancam keselamatan penduduk.
Penyusunan kesiap siagaan darurat dilakukan untuk mengantisipasi kejadian darurat yang apabila terjadi langkah-langkah penyelamatan dapat segera dilakukan sehingga dapat memperkecil jumlah korban. Langkah-langkah tersebut dilakukan dengan menyusun organisasi pelaksana kedaruratan, prosedur penangulangan kedaruratan, penyediaan peralatan kedaruratan, personil kedaruatan, latihan kedaruatan dan sistem komunikasi dalam penanggulangan kedaruratan [7,8]. Dalam penanggulangan kedaruratan, usaha memperkecil dampak dilakukan dengan tindakan perlindungan (sheltering), evakuasi (evacuation), relokasi (relocation), dan pelarangan makan makanan yang diduga terkontaminasi, yang pada prinsipnya adalah adalah dengan memperkecil penerimaan dosis yang tinggi, sebelum dilakukan evakuasi[9].
Langkah memperkecil penerimaan dosis dapat pula dilakukan dengan penambahan alat deteksi dini (early detection) adanya pajanan (exposure) radiasi yang sampai ke lingkungan. Semakin cepat terdeteksi semakin kecil penduduk mendapatkan pajanan radiasi sebelum di evakuasi.
Dengan indikasi peringatan ini maka langkah-langkah emergency response harus segera dilakukan agar penduduk terhindar dari akumulasi radionuklida yang lebih besar. Besarnya akumulasi sangat tergantung pada besarnya sumber yang terlepas, arah dan kecepatan angin. Oleh karena itu diperlukan peralatan untuk mencatat arah dan kecepatan angin sehingga operator dapat memprediksi besar dosis yang diterima penduduk berikut langkah-langkah pencegahan.

Manajemen Risiko terintegrasi untuk peningkatan kinerja PLTN


Keselamatan instalasi PLTN dan lingkungan yang ditandai dengan kecilnya frekuensi maupun dampak suatu kecelakaan merupakan hal yang sangat vital dalam pengoperasian suatu PLTN. Akan tetapi pertimbangan kelancaran produksi atau operasi, komersial atau finansial, dan kebijakan strategis merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya untuk menjadi pertimbangan. Oleh karena itu perlu dilakukan integrasi manajemen risiko di antara ke empat faktor tersebut.
Seperti yang telah diuraikan terdahulu, risiko yang berkaitan dengan keselamatan pada prinsipnya menyangkut pada penggunaan teknologi nuklir, radiologi, dan lingkungan. Risiko produksi dan operasi adalah risiko yang berkaitan dengan sumber daya dan penjualan produk yang meliputi rancangan produk dan instalasi, proses pemasaran dan produksi, organisasi dan manajemen pekerja, inovasi teknologi, manajemen inventory dan keluaran, penanganan dokumen dan konfigurasi manajemen. Risiko yang berkaitan dengan masalah komersial atau keuangan melibatkan pergerakan dalam variabel keuangan seperti harga sumber daya dan produk akhir penjualan, perubahan kurs, tingkat suku bunga menimbulkan risiko terhadap organisasi. Sebagai industri nuklir bergerak dari suatu lingkungan yang teratur dan terkontrol ke suatu bentuk penjualan listrik yang kompetitif, maka variabel keuangan ini memegang peranan penting, Misalnya operator instalasi reaktor daya bersaing memberikan listrik dalam satu kesatuan komersial dengan harga yang disepakati dengan kontrak. Risiko yang bersifat strategis berasal dari perubahan yang fundamental dalam bidang ekonomi, komersial atau lingkungan politik, seperti perubahan tipe pemerintahan, perubahan kecedrungan penggunaan dana oleh pemerintah, nasionalisasi, privatisasi, perubahan dalam kompetisi pasar, perubahan oleh sentimen terhadap garis bisnis tertentu, pola kepemilikan, perubahan paturan pada wilayah keselamatan dan pasar.
Disamping melakukan reduksi risiko, manajemen resiko juga dilakukan dengan mentransfer dan retensi resiko[2]. Transfer risiko yang dimaksud adalah memindahkan risiko dari mereka yang akan terkena dampak kepada pihak yang akan menggantikan risiko tersebut dengan membayar harga tertentu. Sedangkan retensi risiko adalah menyisihkan sebagian dana tertentu untuk membiayai sendiri risiko yang akan ditimbulkan suatu instalasi.

Penutup

Manajemen risiko dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir merupakan langkah manajemen yang harus dilakukan agar masyarakat dapat terproteksi dari dampak suatu kecelakaan nuklir. Penerapan manajemen risiko yang mengintegrasikan pertimbangan keselamatan, produksi atau operasi, finansial, dan kebijakan strategis dapat meningkatkan kinerja PLTN sekaligus dapat menegaskan kepada publik tentang langkah-langkah manajemen risiko yang dilakukan terhadap PLTN.

Pustaka:
[1] Salim A. Asuransi dan Manajemen Risiko. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005.
[2] Darmawi H. Manajemen Risiko. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 2005
[3] IAEA. Nuclear Power Reactor in The World. International Atomic Energy Agency. Vienna. 2005.
[4] IAEA. Guideline for integrated risk assessment and management in large industrial areas. International Atomics Energy Agency. IAEA-TECDOC-994.
[5] IAEA. General Design Safety Principles For Nuclear Power Plants. Safety Series 50-SG-D11.
[6] IAEA. Design of Reactor Containment Systems for Nuclear Power Plants, International Atomics Energy Agency. . SAFETY GUIDE No. NS-G-1.10
[7] Peraturan Pemerintah No. 63, 2000 tentang keselamatan dan kesehatan pemanfaatan radiasi pengion.
[8] Peraturan Pemerintah No. 27, Tahun 2002
[9] IAEA. 1997e. Generic procedures for determining protective actions during reactor accidents. TECDOC-955. IAEA. Vienna. Read More...

Selasa, 03 Juni 2008

PRODUKTIVITAS RAMAH LINGKUNGAN

Tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumberdaya manusia pada dasarnya merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan nasional yang tercermin pada meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB). Apabila menghadapi persaingan global, sumberdaya manusia dituntut untuk memiliki keunggulan komparatif dalam menciptakan nilai tambah suatu produk sehingga kesempatan kerja dan berusaha masyarakat Indonesia semakin terbuka tanpa harus merusak lingkungan (ramah lingkungan).
Harus diakui bahwa tingkat produktivitas masyarakat Indonesia di kalangan Negara-negara Asia Pasifik yang tergabung dalam Asian Productivity Organization (APO) masih menduduki peringkat yang paling rendah produktivitasnya. Banyak factor yang dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat produktivitas ini diantaranya, faktor budaya, lingkungan atau sumberdaya alam, sistem pendidikan, dan lain sebagainya.
Secara kuantitatif produktivitas adalah perbandingan biaya/nilai output dengan input. Dalam hal ini faktor input produktivitas meliputi bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi, bahan kimia, sedangkan outputnya berupa barang atau jasa. Produktivitas yang tinggi dapat diwujudkan dengan bagaimana seseorang menggunakan sumber daya yang tersedia dengan cara seefisien mungkin dan berkualitas, melakukan proses yang efektif dan berkualitas, dan menghasilkan produk efektif dan berkualitas sehingga memiliki nilai yang tinggi. Dengan demikian dari sisi pandang sosial Produktivitas adalah sikap berpikir yang selalu ingin meningkatkan secara terus menerus dari apa yang sudah ada saat ini. Hal tentu didasari pada keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan sesuatu lebih baik pada hari ini dibandingkan kemaren dan esok lebih baik dari sekarang. Membuat esok lebih baik dari sekarang adalah suatu keinginan paling dalam pada diri seseorang, itu sebabnya Produktivitas sesungguhnya juga merupakan keinginan dari dalam diri seseorang. Sasaran utamanya adalah untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi semua.
Pada kenyataannya banyak kita melihat seseorang atau perusahaan tidak menunjukkan suatu performa yang mencirikan produktivitas yang tinggi. Disana sini banyak terjadi pemborosan waktu yang oleh beban-beban kerja tambahan yang berasal dari kesalahan dalam melakukan tugas. Seperti adanya rancangan yang tidak memungkinkan seseorang dapat melakukan fabrikasi secara efektif. Metodologi operasi yang tidak menunjukkan prosedur yang efektif dan efisien sehingga waktu melaksanakannya banyak waktu yang terbuang hanya untuk mengulang-ulang prosedur yang tidak jelas. Atau bahkan adanya orang, yang sengaja atau tidak sengaja, tidak dapat mengelola waktu dan fokus kegiatannya secara efisien. Orang tersebut dapat terjebak pada kegiatan lebih meng”entertaint” dirinya sendiri, misalnya baca koran dulu, menggosip dulu, mengkritik pimpinan atau pemerintah dulu. Baru setelah dia puas mengeluarkan isi hatinya dan meng”entertaint” dirinya, ia mulai bekerja mengejar ketertinggalan kerjanya. Yang bersangkutan jelas sangat tidak produktif.
Hubungan tidak harmonis pihak manajemen dan pekerja dapat menjadi faktor rendahnya produktivitas. Manajemen tradisional yang kaku, yang memisahkan secara tajam antara pekerja dan pihak manajer dapat menghambat komunikasi atasan dan bawahan sehingga pekerjaan hanya dilakukan bila ada perintah dari atasan saja tanpa keinginan memberikan lebih. Demikian pula pihak manajemen memberi kebebasan yang seluas-luasnya pada pekerja untuk berbuat sesuai dengan kemampuan masing-masing, maka pihak manajemen sulit mengarahkan usahanya pada hasil yang optimal. Hubungan yang harmonis antara pihak manajemen dan pekerja disertai adanya visi dan misi dan tanggung jawab bersama maka produktivitas yang tinggipun dapat dicapai.
Produktivitas yang tinggi sajapun tidaklah menjamin keberlangsungan hidup yang lebih baik seperti yang diharapkan dalam sasaran yang ingin dicapai dalam produktivitas. Produktivitas yang tinggi harus diintegrasikan dengan usaha memelihara lingkungan hidup, karena pada kenyataannya banyak industri-industri yang demi mencapai produktivitasnya yang tinggi mengabaikan dampak pencemaran lingkungan.
Pola konsumsi masyarakat yang terus meningkat baik oleh pertambahan penduduk maupun gaya hidup telah memaksa peningkatan pola produksi untuk memenuhi tuntutan pasar. Meningkatnya produksi berarti meningkat pula eksploitasi sumber daya alam yang satu-satunya tersedia di bumi. Eksploitasi telah menyebabkan rusaknya hutan, terjadinya konversi lahan, banjir, dan lain-lain yang menyebabkan menurunnya daya dukung lingkungan bumi. Disamping itu industri-industri pengolahan akan mengeluarkan gas Polusi udara Industri telah menaikkan suhu bumi lebih kurang 2 derajat Celsium dalam 100 tahun ini dan diperkirakan akan terus naik sampai 5 derajat pada tahun 2020. Oleh karena itu produktivitas yang tinggi harus selalu diintegrasikan dengan kepedulian akan lingkungan yang diistilahkan sebagai Produktivitas Ramah Lingkungan dalam bahasa Ingrisnya ”Green Productivity” atau disingkat GP.
Sebagai konsep yang terpadu, produktivitas dipandang dalam dua cara: sebagai tujuan dan sebagai alat. Produktivitas sebagai tujuan dijelaskan dalam konsep sosial yaitu untuk memberikan output yang tinggi yang ditandai dengan kepuasan kepada pelanggan, sedang sebagai alat Produktivitas terkait dengan masalah teknik, ekonomi, dan konsep manajemen. Secara teknik berarti bagaimana suatu produk diproses secara efektif dan berkualitias sehingga menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dan dikelola dengan manajemen mutu, lingkungan dan keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif.
Dalam penerapannya GP dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut ini. Pertama, adalah dengan memulai dengan membentuk tim dan pengumpulan data survey. Langkah kedua mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menetapkan tujuan-tujuan yang terukur.

Langkah ke tiga, menjabarkan dan evaluasi, skrining, dan menyusun prioritas, Langkah ke 4, merumuskan dan mengimplementasikan, melatih, mengembangkan kepedulian, dan kompetensi tentang Produktivitas yang ramah lingkungan. Langkah kelima, memonitor pelaksanaan dan mereview, dan keenam adalah terus melakukan perubahan bila diperlukan dan meningkatkan sampai tercapai efesiensi dan efektivitas input, proses, dan output.
Sebagai alat yang digunakan untuk setiap langkah GP antara lain dengan brainstroming, mengevaluasi aliran bahan yang seimbang (material balance), melakukan analisis sebab-akibat dengan mengunakan pendekatan fishbone, menerapkan prinsip 5 S (sisih, susun, sasap, sosoh, suluh) atau seven tools analysis, memetakan aliran material ekologi (eco-map), dan memetakan proses yang terjadi secara detil.
Karena peningkatan produktivitas berkaitan dengan mutu, keselamatan dan kesehatan kerja, dan pelindungan lingkungan, maka produktivitas ramah lingkungan (GP) sesungguhnya telah mengintegrasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja OSHAS 18001, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 yang pada umumnya telah banyak dikenal dalam dunia industri.
Badan Internasional yang banyak mempromosikan Green Productivity di Asia Pasifik adalah Asian Productivity Organization (APO), dimana Indonesia menjadi salah satu anggotanya dan bertindak sebagai National Productivity Organization (NPO) yang sedang giat-giatnya mempromosikan Green Productivity. Akankah tenaga kerja Indonesia mampu mengimplementasikan produktivitas yang tinggi sembari memelihara lingkungan yang ramah, sungguh menjadi tugas berat bagi Departemen Tenaga Kerja dan unit-unit produktivitas dibawahnya.
Keberhasilan meningkatkan produktivitas tenaga kerja maupun perusahaan secara nasional akan berdampak meningkatnya daya saing nasional, mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan usaha, pengurangan pengangguran, dan dapat dijadikan sebagai alat pengambil kebijakan selanjutnya. Bagi perusahaan, dampak yang akan terjadi adalah peningkatan kualitas barang/jasa sebagai produk perusahaan, meningkatnya daya saing perusahaan, berkembang dan lestarinya perusahaan, tercapainya hubungan industrial yang baik dan perluasan kesempatan kerja dan berusaha. Bagi personil sendiri akan terbangun etos kerja dan spirit yang tinggi, meningkatnya pendapatan dan jaminan sosial, terpenuhinya standard hidup dengan harkat dan martabat yang tinggi. Masalah kedepan adalah dapatkah produktivitas tenaga kerja Indonesia diarahkan untuk menyelamatkan energi fossil yang sudah demikian menipis dan mencegah percepatan peningkatan suhu global, yang saat ini dampaknya sudah sangat dirasakan di berbagai belahan dunia? Dalam hal ini, Pemerintah, sejalan dengan implementasi Protokol Kyoto, melalui Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan Energi Nasional telah mentargetkan bahwa energi yang berasal dari fossil atau minyak bumi akan diturunkan penggunaannya dari 55% menjadi lebih kecil 20% pada tahun 2025, dan sebagai penggantinya adalah dengan peningkatan penggunaan energi baru terbarukan sampai 17% dengan perincian 5% biofuel, 5% panas bumi, 5% energi baru terbarukan lainnya seperti biomass, nuklir, tenaga air skala kecil, tenaga surya, dan tenaga angin, dan 2% energi bahan bakar lain dari hasil pencairan batu bara. Sisanya berasal dari gas bumi dan batu bara. Sanggupkah kita mencapai target ini dengan produktivitas yang tinggi. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi setiap insan cendikia Indonesia, untuk membangun hari depan yang lebih baik. Salam Produktivitas Read More...

Senin, 02 Juni 2008

Konversi Dosis Terhadap Risiko Kesehatan

Bila anda ingin mengetahui risiko kesehatan bila menemui dosis radiasi disekitar anda, silahkan klik:

http://www.wise-uranium.org/rdcri.html Read More...

Selasa, 27 Mei 2008

ABSTRAK RISIKO

DISTRIBUSI PERKIRAAN RISIKO PADA PELEPASAN RADIONUKLIDA I-131 SEKITAR CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR UJUNG LEMAHABANG PADA KONDISI KECELAKAAN

Oleh:
Jupiter Sitorus Pane

Bidang Pengkajian Analisis Keselamatan Reaktor
Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN

DISTRIBUSI PERKIRAAN RISIKO PADA PELEPASAN RADIONUKLIDA I-131 SEKITAR CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR UJUNG LEMAHABANG PADA KONDISI KECELAKAAN. Analisis risiko terhadap pelepasan bahan pencemar merupakan persyaratan untuk menyusun analisis dampak lingkungan sehingga dapat direncanakan pemonitoringan dan penyusunan langkah-langkah untuk memitigasi risiko tersebut. Analisis terhadap pelepasan I-131 dari suatu pembangkit listrik tenaga nuklir, pada kondisi kecelakaan dengan asumsi terjadi kehilangan pendingin (LOCA) hingga melelehnya teras, di sekitar calon tapak PLTN di Ujung Lemahabang telah dilakukan secara perhitungan dan dapat diperoleh distribusi risiko I-131 secara spasial. Hasil analisis menunjukkan bahwa pajanan 131I memberikan dosis individu maksimum ke sektor 9 atau arah selatan sebesar 0,899 mSv. 93% dari nilai dosis berada dibawah 0,27 mSv dan rata-rata 0,1850 mSv. Dosis ini masih jauh di bawah dari persyaratan yang ditetapkan untuk kelenjar Thyroid yaitu sebesar 3 Sv. Dengan dosis tersebut maka estimasi risiko kanker gondok fatal dan non fatal maksimum pada individu sebesar 1,8x10-5 dan 4,52 x 10-5. Distribusi risiko I-131 akan memudahkan bagi petugas penanganan bencana mengetahui wilayah-wilayah yang mungkin terkena dampak kanker kelenjar gondok dan mengambil langkah-langkah pencegahan berupa pendistribusian tablet KI (posstasium iodide) dengan efektif.
Kata Kunci: Konsentrasi radionuklida I-131, dosis, risiko, mitigasi.

DISTRIBUTION OF RISK ESTIMATION ON I-131 RADIONUKLIDE RELEASES SURROUNDING NUCLEAR POWER PLANT AT UJUNG LEMAHABANG AT ACCIDENT CONDITION. Risk Analysis due to pollutant material released is required as part of Environmental Impact Analysis especially for planning environmental monitoring program and mitigating impact. Analysis of I-131’s release from Nuclear Power Plan to its surround at Ujung Lemahabang, during assumed LOCA accident condition with core meltdown, had been simulated and spatial distribution of 131I had been provided. The result showed that individual maximum risk is 0.899 mSv at South direction within radii of 1 km. 93% of dose is below 0.27 mSv and an average of 0.1850 mSv. These doses are far below the dose limit for thyroid i.e. 3 Sv. With these doses, the maximum risk of fatal and non fatal cancer are 1.8 x 10-5 and 4.52 x 10-5 respectively. The distribution of I-131 would help protection radiation officer to identify the area which would suffer from thyroid fatal and non fatal cancer and taking action to prevent and mitigate the risk by distributing KI (posstasium iodide)’s tablet effectively.

Key words: Radionuclide concentration of I131, dose, risk, mitigation. Read More...

Energi Nuklir

Apakah anda ingin mengetahui seluk beluk tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Kliklah pada website ini. http://www.nucleartourist.com/
Disini akan anda temukan topik-topik menarik yang berkaitan dengan isu-isu Tenaga Nuklir maupun tentang PLTN itu sendiri. Selamat membaca. Read More...

Senin, 26 Mei 2008

Puisi cinta untuk sesama

BERI AKU SATU KESEMPATAN LAGI.
(dipersembahkan kepada anak didik LAPAS Anak Pria Tangerang)

Terkungkung aku,
Manatap pagar besi dan tembok tembok-tembok LAPAS.
Tak mampu kulangkahkan kaki setapak maju
Kusesali jalan hidupku.

Dibarak-barak yang tersusun kaku,
Terbaring aku letih tak bernafsu
Berhiaskan mimpi yang kian punah menjadi layu,
terhujam oleh nafsu-nafsu susilaku
tercabik-cabik oleh panas hati dan amarahku,
tertikam oleh pil-pil durjana penghancur hidupku.
Terhimpit kesengsaraan, miskin tak terperi.
Terburai oleh keserakahan dan ketamakan diriku.

Terdengar sayup alunan suara ibu,
Memimpikan masa depan bagi hidupku
Teringat aku ayunan kaki milik ayahku,
Mengayuh beca dan bermimpi tentang aku
Kelak anakku adalah kebanggaanku

Tuhanku,
Sungguh punahkah mimpi-mimpiku?

Kuteriakkan kepadaMu semua sesal diriku
Kupanjatkan doa mohon pengampunanMu
Sembuhkan luka hati ayah dan Ibu.
Beri aku satu kesempatan lagi
Merajut mimpi masa depanku.

Piter. Read More...

Selasa, 13 Mei 2008

Puisi Cinta Negriku

CINTA NEGRIKU

Keringat menetes, mengucur deras
Tubuh berlumur bercak-bercak darah yang mengering
Nyawa terlepas tak kenal nama
Jeritan pedih, merasuk dimana-mana
Suara bergetar menahan sakit tak terperi

Suara mengerang berganti sayup menyayat hati
Senjata perang tak hentinya mencekam
Disanalah pahlawan, terkapar mengorbankan diri, tuk negri tercinta ini.
Tak terbayang masa perjuangan ini.
Pedih dan perih silih berganti
Tapi saat ini,
Ada banyak generasi penerus yang tak mau peduli lagi
Tuk menciptakan “ketenangan dan kedamaian”

Kawanku
Cintailah Negeri ini
Cintailah Alam dan Sumberdayanya
Dari Sabang hinga Merauke

Mari ciptakan kedamaian
jauhkan permusuhan
Mari saling menghargai
Tuk pelihara alam negri tercinta ini.

Nopiane Read More...