Jumat, 19 Februari 2010

Jadikanlah bumi sebagai tempat bermanja (ingan ergani)

Makna apakah yang terkandung dalam "Menjadikan bumi sebagai tempat bermanja" seperti yang dicita-citakan dalam blog ini? Penulis berkeyakinan hal itu harus dimulai dari lingkungan diri sendiri lalu berlanjut ke lingkungan hidup di bumi ini, silahkan mengikuti.

Lingkungan pribadi,

Bermanjalah dengan dirimu sendiri dengan selalu mengucap syukur kepada Tuhan, Sang Pencipta langit, bumi dan segala isinya, karena Sang Pencipta telah menciptakan dirimu, melengkapi dengan karunia atau talenta untuk dipakai sebagai alat mencukupkan kebutuhan hidup mu dan kepentingan kehidupan bersama. Nikmatilah setiap usaha mengembangkan karunia atau talenta tersebut setinggi mana yang kamu mau, karena itu akan menyenangkan Dia, Sang Pencipta, dan berguna bagi kepentingan seluruh ciptaannya umat manusia.

Lingkungan keluarga,

Bermanjalah dengan istri dan anak-anakmu dalam ucapan syukur karena Dia, Sang Pencipta, memberikan cinta dalam hidup keluargamu. Nikmatilah kemesraan bersama istrimu dan kebahagiaan bersama anak-anakmu dengan terus membangun cinta, kasih sayang dan kebersamaan untuk berbuat bagi orang lain melalui setiap karunia dan talenta yang dikaruniakan Sang Pencipta kepada kita. Istrimu akan menjadi kesukaanmu bagaikan pohon anggur dan anak-anakmu akan tumbuh bagaikan pohon zaitun yang membawa keharuman dan kekuatan.

Lingkungan kerja

Bermanjalah dalam lingkungan kerja yang nyaman dan bersahabat dengan teman sekerja serta membangun semangat untuk menghasilkan karya maupun produk bagi kepentingan bersama. Cintailah kebersamaan dan keinginan mencapai hasil kerja yang bermutu, produk yang berkualitas, layanan jasa yang prima bagi kepentingan bersama dan orang lain karena dia akan berbalik memberi upah dan kenikmatan kepada mu.

Lingkungan sosial masyarakat

Bermanjalah dengan lingkungan sosial masyarakatmu, baik spiritual maupun masyarakat, dengan saling menghargai dan menghormati sesama ciptaan Sang Pencipta. Jangan ada yang memperdaya satu sama lain, baik golongan atau kelompok ataupun bangsa yang dipacu oleh rasa benci, balas dendam, perlakuan tidak adil. Nikmatilah lingkungan sosial kemasyarakatan dalam kebersamaan, keberagaman dan kedamaian karena dia akan berbalik memberikan kenikmatan dalam hidupmu.

Lingkungan hidup,

Bermanjalah dengan bumi sebagai lingkungan hidupmu karena Sang Pencipta menciptakannya untuk membuat hidupmu sehat, layak, bersahaja dan mampu menghasilkan hal-hal yang positif dan berguna untuk kepentingan bersama umat manusia. Rawatlah lingkungan hidup, beraktivitaslah tanpa merusak, bangunlah lokasi industri maupun perumahan yang ramah lingkungan dan asri, kendalikan buangan CO2 ke udara, jangan menggundulkan hutan dan gunakanlah energi yang ramah lingkungan dan berisiko serendah mungkin. Dengan demikian engkau dapat menjadikan bumi sebagai tempat bermanja bagi dirimu dan sesama umat manusia.
Read More...

Kamis, 18 Februari 2010

Kesiapan infrastruktur Indonesia dalam menyongsong PLTN

Dapat dikatakan bahwa persiapan Indonesia dalam memasuki era pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir sudah memakan waktu cukup panjang yaitu lebih dari seperempat abad. Hingga sekarang status pembangunannya masih saja dalam tingkat wacana yang tidak jelas ujungnya. Tapi benarkah demikian? Sebenarnya tidak. Beberapa langkah sudah dilakukan secara signifikan dan hal ini sudah dibuktikan melalui kunjungan Tim Review Infrastruktur Badan Tenaga Atom Internasional IAEA pada tanggal 24-27 November 2009.

Ada 19 issues yang harus diperhatikan berkaitan dengan penyiapan infrastruktur PLTN pada suatu negara yaitu: Posisi nasional, keselamatan nuklir, Manajemen, Pendanaan dan pembiayaan, Kerangka hukum, Seifgard atau pengamanan bahan bakar uranium, Kerangka kerja pengawasan, Proteksi Radiasi, Jaringan listrik, Pengembangan SDM, Keterlibatan pemangku kepentingan, Tapak dan fasilitas pendukung, Proteksi terhadap lingkungan, Rencana Penangulangan kedaruratan, Keamanan dan proteksi Fisik, Daur bahan bakar nuklir, Limbah radioaktif, Keterlibatan industri, Pengadaan. Dari ke 19 issues tersebut, hanya terdapat dua issue yang mendapat penilaian sangat kurang yaitu Posisi Nasional dimana belum ada keputusan pemerintah untuk ”Go Nuklir” dan Keterlibatan Pemangku Kepentingan yang ditandai dengan belum adanya penerimaan publik terhadap PLTN. Kedua hal ini memang saling terkait, pemerintah tidak dapat memutuskan ”Go Nuklir” bila belum ada penerimaan dari masyarakat. Kondisi ini berakibat pada tidak jelasnya langkah tindak lanjut pembangunan PLTN di Indonesia, padahal berbagai langkah pembangunan infrastruktur sudah dilakukan.
Sebagai contoh, dengan telah terbentuknya Badan Pengawas Tenaga Nuklir berasarkan UU No. 10 Tahun 1997, maka lembaga pengawas terlaksananya aturan-aturan tentang keselamatan suatu PLTN sudah tersedia. Lembaga ini juga bertanggung jawab untuk membuat aturan-aturan yang berkaitan dengan pembangunan PLTN dengan mengadaptasi aturan-aturan yang berlaku di dunia Internasional. Dengan demikian issue tentang keselamatan nuklir, kerangka kerja pengawasan, kerangka hukum dan dan seifguard akan tertangani dengan baik.
Badan Tenaga Buklir Nasional (BATAN) akan bertindak sebagai pendukung utama dalam teknologi nuklir dengan tersedianya pusat pusat penelitian dan pengembangan. Pusat Pengembangan Energi Nuklir bertanggung jawab dalam pengembangan studi energi dan sosial ekonomi, sedangkan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir bertanggung jawab mengembangkan studi Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir yang terkait dengan PLTN. Sedangkan kegiatan yang terkait dengan siklus bahan bakar akan ditangani oleh Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nukir dan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. Dengan adanya pusat-pusat penelitian dan pengembangan ini maka berbagai issue mengenai keselamatan nuklir, proteksi radiasi, tapak dan fasilitas pendukung, daur bahan nuklir, limbah radioaktif, proteksi terhadap lingkungan, penanganan kedaruratan akan dapat dikelola dengan baik dan profesional.
Sebagai lembaga yang berkompeten dalam penentuan kebijakan nuklir Nasional maka Kementrian Energi dan Sumber daya Mnineral bersama dengan Dewan Energi Nasional akan banyak berperan dalam masalah Kebijakan, Manajemen, Pendanaan dan Pembiyaan, Keterlibatan Industri Nasioal, serta pengembangan SDM. Institusi seperti Perusahaan Listrik Negara dan Kementrian Lingkungan Hidup akan bertanggung jawab dalam masalah kelistrikan dan lingkungan hidup.
Masihkah kita ragu untuk melangkah menuju pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia untuk memberi solusi terhadap masalah dalam penyediaan energi yang berkelanjutan di Indonesia? Hal yang perlu disadari sejak dini adalah masih cukupkah persediaan energi untuk masa depan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi? Bagaimana negara dapat mendistribusikan energi sampai ke pulau-pulau kecil yang terisolasi dan padat penduduk? Apakah yang akan terjadi bila dalam masa persaingan global industri di Indonesia akan mengalami ganggun berproduksi oleh masalah ketersediaan energi yang tidak cukup atau bila cukup akan mahal harganya? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang bila tidak dijawab akan menghambat percepatan kesejahteraan bangsa.
BATAN sebagai organisasi yang mempromosikan pengunaan teknologi nuklir dalam penyediaan energi di Indonesia telah menetapkan Visi yang akan dicapai dalam tahun 2010 sampai 2014 sebagai ”Energi nuklir sebagai pemercepat kesejahteraan bangsa.” dan terus berupaya bersama dengan organisasi lain di luar BATAN untuk terus memperkuat pembangunan infrastruktur PLTN sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing. Pada saat ini sudah dan sedang dikaji tiga calon tapak untuk pembangunan PLTN diantaranya Ujung Lemahabang, Jepara, Banten, dan Bangka Belitung. Mudah-mudahan dengan tersedianya opsi tapak ini pembangunan PLTN dapat dipercepat yang pada akhirnya akan berdampak pada percepatan kesejahteraan bangsa.
Read More...

Rabu, 17 Februari 2010

Pemanfaatan Teknologi Reaktor Daya Nuklir Ukuran Kecil dan Menengah (Small and Medium Sized Reactor)

Yang dimaksud dengan reaktor daya ukuran kecil dan menengah adalah reaktor yang digunakan sebagai penghasil listrik maupun panas dengan daya lebih kecil dari 300 MW(electric) untuk reaktor daya ukuran kecil dan antara 300 MW(e) sampai 700 MW(e) untuk reaktor ukuran menengah. Reaktor daya dengan ukuran di atas 700 MW(e) disebut sebagai reaktor ukuran besar.
Dalam sejarah perkembangannya memang pada tahun 1960 sampai 1970-an umumnya reaktor daya yang mendominasi pasaran adalah reaktor dengan ukuran kecil dan menengah. Pada tahun 1970 sampai 1980-an terjadi pergeseran menuju reaktor dengan ukuran daya lebih besar yaitu berkisar 900 MW(e) sampai 1400 MW(e) yang tersebar di berbagai Negara industry seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Perancis. Akan tetapi pada tahun 1990-an pergeseran terjadi lagi dengan berbalik ke reaktor dengan ukuran daya kecil dan menengah. Pergeseran ini diikuti oleh pergeseran negara penggunan yaitu dari negara industri ke negara berkembang saat itu seperti India, China, Pakistan dan Slovakia.
Sebagai negara berkembang saat itu negara ini dicirikan sebagai negara yang memiliki keterbatasan dalam kapasitas sistem grid listrik, kemampuan keuangan, dan sangat tinggi permintaan kebutuhan energinya yang disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk. Disamping itu negara-negara berkembang tersebut hanya memiliki sedikit atau bahkan sangat sedikit sumber energi yang lain. Itu sebabnya banyak permintaan pengunaan reaktor daya kecil dan menengah pada tahun 1990-an. Kecendrungan peralihan kebutuhan dari reaktor daya besar ke reaktor daya menengah dan kecil akan berlangsung terus sejalan dengan perkembangan teknologi yang lebih inovatif yang menjanjikan peningkatan kualitas dari sisi keselamatan, keamanan, pencegahan penyalah gunaan untuk maksud tidak damai, pengelolaan limbah, penggunaan sumber daya dan produk yang bervariasi (seperti penggunaan reaktor daya untuk tujuan desalinasi air laut, pemanasan baik untuk proses maupun wilayah dan generasi hydrogen), ke leluasaan menentukan “site”, siklus bahan bakarnya. Fakta ini terlihat dari banyak rancangan reaktor inovatif telah diusulkan untuk reaktor daya skala kecil dan menengah.
Sampai tahun 2006 telah dikonsep dan dirancang sebanyak lebih dari 50 jenis reaktor daya Kecil dan Menengah yang dirancang dalam program nasional maupun internasional yang melibatkan Argentina, Brazil, China, Croatia, Ferancis, India, Indonesia, Italy, Jepang, Korea, Lithuania, Morrocoo, Rusia, Afrika Selatan, Turki, USA, dan Vietnam. Status perkembangan konsep dan rancangan pengembangan teknologi SMR ini dapat dilihat pada dokumen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) berupa Technical Document, IAEA-TECDOC-1485 dan IAEA-TECDOC-1536.
Secara garis besar teknologi SMR dibagi dalam kelompok sebagai berikut:
A. Reaktor dengan pendingin air (Water cooled Reactors)
- Reaktor dengan pendingin air konvensional (PHWR 220 MW(e), Candu 6 (670MWe), PHWR 500 MW(e), VVER 640 MW(e), AP-600 )
- Reaktor Pendingin Air Maju (Advanced Water Cooled Reactors) (Integral PWR SIR (UK), CAREM (Argentina), SMART (Korea), VPBER-600 (Rusia).
B. Reaktor dengan pendingin air maju (Advanced Non-Water Cooled Reactor)
- Direct Cycle High Temperature Gas Reactors (HTGR in the US Peach Bottom), Commercial HTGR (Fort St. Vrain)
- Lead Cooled Integral Reactor (LEADIR) using TRISO Particle and Pebbled bed core.
- Molten Salt Reactors (MSR) fuel with uranium or thorium fluoride.
Indonesia sebagai negara berkembang cukup relevan untuk memikirkan pemanfaatan reaktor daya ukuran kecil dan menengah ini mengingat jumlah penduduk yang begitu besar dan banyak yang bermukim tersebar di berbagai pulau yang terpencil. Adalah satu hal yang tidak mungkin untuk memajukan suatu wilayah tanpa ditunjang oleh ketersediaan energi yang cukup.
Dengan memanfaatkan teknologi reaktor yang inovatif Indonesia dapat dibantu dalam penyediaan energi untuk wilayah-wilayah terpencil ataupun pendukung bagi wilayah yang membutuhkan energy yang lebih banyak. Pada tahun sejak tahun 2009 sampai 2011, Indonesia mengadakan kerjasama dengan Badan Tenaga Atom Internasional IAEA untuk mengkaji penggunaan Reaktor Daya Ukuran Kecil dan Menengah di Provinsi Bangka Belitung dan menempatkan tenaga ahlinya untuk bekerja di IAEA.
Semoga Energi Nuklir bukan lagi menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat tetapi sebaliknya sebagai pemercepat kesejahteraan Bangsa dengan tersedianya energy yang cukup bagi masyarakat.
Read More...

Senin, 08 Februari 2010

Mempersiapkan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

1. Pendahuluan
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada prinsipnya sama dengan pembangkit listrik lainnya kecuali pada pembangkitan energi yang akan digunakan untuk menggerakkan turbin. Sebagai contoh: pada pembangkit listrik tenaga air maka energi untuk menggerakkan turbin diperoleh dari energi jatuhan air; pada pembangkit listrik tenaga uap, energi yang digunakan untuk menggerakkan turbin adalah energi yang berasal dari uap air yang dipanaskan dengan batubara; sedang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), energi panas yang digunakan untuk menggerakkan turbin diperoleh dari reaksi nuklir.
Karena hasil reaksi nuklir khususnya fisi memiliki sifat yang radioaktif maka pembangunan dan pengoperasiannya memerlukan ke hati-hatian dan kecermatan. Bila tidak, kecelakaan nuklir dapat terjadi dan berpotensi membahayakan kehidupan manusia dan dan lingkungan. Oleh karena itu pembangunan suatu PLTN harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kecermatan dibawah pengawasan suatu lembaga internasional yaitu Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA, international atomic energy agency).
IAEA menyediakan berbagai bantuan bagi negara-negara anggota yang memiliki kegiatan nuklir termasuk dalam membangun suatu PLTN. Berbagai document, code dan standard, dan technical assistance telah disediakan bagi kepentingan pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai.
Dalam tulisan ini penulis menguraikan beberapa hal yang perlu diketahui masyarakat tentang pembangunan suatu PLTN sehingga ancaman bahaya radiasi dapat dihindari.
2. Pengendalian Risiko Pelepasan Bahan Radioaktif Dari Suatu PLTN
Risiko yang paling dikuatirkan dalam pembangunan dan pengoperasian suatu PLTN adalah kemungkinan lepasnya bahan radioaktif akibat terjadinya kecelakaan reaktor. Bahan radioaktif itu berasal dari hasil reaksi fisi yang terjadi di teras reaktor. Reaksi fisi ini menghasilkan panas, neutron dan bahan radioaktif lainnya.
Pada kondisi normal maka bahan radioaktif yang timbul akan tetap tesimpan di dalam kelongsong bahan bakar di dalam teras, namun bahan radioaktif yang bersifat gas mulia tetap tidak dapat dibendung, Untuk mengurangi jumlahnya maka gas tersebut disirkulasi di dalam sistem ventilasi dan hanya akan terlepas ke lingkungan dalam jumlah yang aman.
Pada kondisi kecelakaan maka jumlah dan jenis lepasan bahan radioaktif yang keluar menjadi jauh lebih banyak. Untuk mencegah pelepasan dalam jumlah yang banyak maka reaktor dilengkapi dengan berbagai penyaringan atau filter yang dikenal sebagai sistem penapisan berganda (multi barrier system) yang merupakan bagian dari sistem pertahanan Defence in Depth.
Untuk menentukan sudah terpenuhinya persyaratan keselamatan maka setiap Negara perlu membuat dasar hukum, aturan-aturan, code maupun standard yang harus dipenuhi dalam pembangunan dan pengoperasian suatu PLTN. Dalam pembuatan kelengkapan regulasi ini setiap Negara diharuskan menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku secara internasional dengan mengudang para ahli di masing-masing bidang. Disamping itu ada berbagai perjanjian dan aturan internasional yang harus diimplementasikan di dalam Negara yang akan membangun PLTN
3. Pengendalian Risiko Lingkungan Pembangunan PLTN

Dalam kondisi kecelakaan maka terlepasnya bahan radioaktif ke lingkungan baik udara, darat dan air dapat terjadi yang berujung pada ganguan kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan. Untuk mengendalikan risiko lingkungan ini maka berbagai tindakan proteksi lingkungan perlu disiapkan bahkan dikerjakan sejak dini yaitu sejak dimulainya aktivitas pemilihan tapak PLTN.

4. Pengendalian Risiko Ekonomi
Mengingat begitu pentingnya tingkat keselamatan ini maka untuk pembangunan suatu PLTN diperlukan investasi dana dan waktu pembangunan yang cukup besar. Bebagai risiko secara ekonomi dapat muncul pada setiap tahap pembangunan PLTN, contohnya setelah dilakukan pemilihan dan penentuan tapak suatu PLTN tetapi secara tiba-tiba masyarakat menolak untuk dibangunnya PLTN di tapak itu, maka dana yang sudah diinvestasikan ekan terbuang sia-sia. Selama pembangunan tiba-tiba terjadi perubahan regulasi yang melarang pembangunan PLTN, tidak tersedianya bahan komponen utama PLTN sehingga pembangunan harus ditunda dan lain sebagainya. Oleh karena itu pembanguna sebuah PLTN perlu dikelola dengan sangat berhati-hati dan cermat didukung oleh ketersediaan infrastructure memadai.
5. Tahapan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Secara komprehensif tahapan pembangunan PLTN dapat dibagi dalam tahapan berikut ini:
- Tahap 1: Pra-Project
- Tahap 2: Pengambilan keputusan atas project
- Tahap 3: Konstruksi
- Tahap 4: Operasi
- Tahap 5: Dekomisioning

Pada tahap pra-proyek diperlukan waktu selama 2-3 tahun dengan kegiatan sebagai berikut:
- perencanaan sistem daya
- menyiapkan kerangka hokum dan oraganisasi
- Survei infrastruktur nasional
- Survei partisipasi nasional
- Survey tapak dan kajian lingkungan
- Survei dan program pengembangan SDM

Pada tahapan pelaksanaan proyek diperlukan waktu 3-6 tahun dengan kegiatan:
- Studi pra investasi (kelayakan)
- Pemilihan dan evaluasi tapak
- Penyiapan spesifikasi dan permintaan penawaran
- Evaluasi penawaran
- Negosiasi dan struktur kontrak
- Memulai pengadaan item yang memerlukan waktu lama.

Pada tahapan konstruksi diperlukan waktu 5-6 tahun dengan kegiatan:
- Persiapan infrastruktur tapak
- Rekayasa desain rinci
- Manufaktur peralatan dan komponen
- Konstruksi ereksi dan instalasi
- Komisioning dan penerimaan PLTN.

Pada tahapan operasi dan pemeliharaan diperlukan waktu sesuai dengan usia reaktor tersebut. Biasanya reaktor didesian untuk lama operasi 40-60 tahun. Selanjutnya tahap decommissioning adalah tahap untuk menutup PLTN dengan berbagai kegiatan antara lain dekontaminasi, pembongkran, pengembalian asset dan pengolahan, penyimpanan dan pembuangan limbah. Seluruhnya memerlukan waktu sekitar 5 sampai 50 tahun setelah penghentian.

Dalam penyiapan tersebut beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

A. Indikator energi dan ekonomi
- Sumber daya energi primer menurut jenisnya;
- Kriteria yang digunakan dalam menilai setiap sumber daya;
- konsumsi energi primer menurut jenis bahan bakar. Peran bahan bakar non-komersial;
- Impor dan ekspor energi
- konsumsi sumber daya energi primer menurut jenis berdasarkan sektor (industri, transportasi, perumahan, komersial, non-penggunaan energi, lainnya) dan jenis bahan bakar;
- Energi digunakanuntuk memproduksi listrik menurut jenis bahan bakar;
- Total produksi listrik berdasarkan sumbernya (bahan bakar padat, minyak, gas, hydro, lainnya);
- Impor dan ekspor listrik;
- Konsumsi energi primer dan listrik per kapita dan dolar GDP;
- Emisi CO2 dari sektor energi;
- Populasi, tingkat pertumbuhan, kepadatan penduduk, kota-kota besar;
- Kecendrungan GDB selama 10-15 tahunterakhir.GDP berdasarkan sektor (pertanian, industri, manufaktur, jasa)
- Pendapatandan pengeluaran Pemerintah pusat dari sektor-sektor utama;
- Total utang luar negeri. Persentasi Utang dalam GDP;
- Neraca perdaganganExternal. Mayor impor dan ekspor;
- Sumber pendapatan utama.


b. Sistem pembangkit dan transmisi kelistrikan
- Total kapasitas pembangkitlistrik berdasarkan sumbernya (batu bara, minyak, gas, hydro, lain).
- Nama, lokasi, bahan bakar, kapasitas unitPembangkit Listrik. Secara khusus jumlah unit yang beroperasi saat ini, sedang dalam konstruksi yang dilengkapi dengan informasi tentang sumber listrik, pembiayaan, sumbangan partisipasi lokal.
- Diagram grid transmisi ⎯ termasuk unit pembangkit besar, interkoneksi, tingkat tegangan
tingkat, kapasitas transmisi
- Rencana yang sudah diputuskan perluasan kapasitas produksi dan grid transmisi.

c. Proyeksi energi dan listrik
- Proyeksi pasokan dan permintaan energi dan listrik termasuk informasi mengenai: skenario yang dibuat dan asumsi yang dijadikan dasar; hasil.
- Proyeksi evolusi sistemenergi untuk memenuhi permintaan:
- non-listrik
- listrik.

d. Analisis sistem kelistrikan untuk metode perencanaan yang di gunakan

- pendekatan dasar digunakan dalam perencanaan energi (misalnya didorong oleh adanya permintaan, investasi atau kemungkinan pasokan, dengan tujuan-tujuan pembangunan sosial).
- Metode yang digunakan dalamanalisis ekonomi dan peramalan.
- Metode yang digunakan dalamanalisis permintaan energi dan listrik dan peramalan.
- Model dan metodologi yangdigunakan untuk studi perluasan sistem kelistrikan.
- Apa peran pertimbangan lingkungan dalam perencanaan? Bagaimana mereka
dimasukkan?
- Oleh yang organisasi (s) apa proyeksi ekonomi dan studi ekspansi energi dan listrik dilakukan?
- Seberapa sering studi tersebut diperbaharui (updates)
- Bagaimana interface studi perluasan energi dan listrik dan rencana pembangunan nasional.

e. Kebijakan pasokan energi dan listrik
- Rencana dan kebijakan pembangunanNasional
- Mekanisme pelaksanaan untuk pembangunan nasional.
- Kebijakan nasional untuk sektor energi dan listrik. Persepsi terhadap kendala utama. Prioritas.
- Kebijakan tarif.Listrik
- Kebijakan proteksi lingkungan dan dampaknya terhadap sektor energi.

f. Perencanaan nuklir daya dan studi investasi awal

- Apakah opsi nuklir telah dimasukkan studi ekspansi sistem kelistrikan? Hasilnya?
- Apakah ada keputusan mengenai penggunaan tenaga nuklir yang sudah diambil di tingkat kebijakan (tingkat eksekutif pengguna atau AEC, Mentri dan pemerintah)?
- Organisasi yang melakukanperencanaan tenaga nuklir. Interface dengan orang lain?
- Jenis dan ukuran Unit jenis. Waktu yang direncanakan untuk memasukkan ke dalam grid.
- Site yang dipertimbangkan untuk digunakan. Evaluasi Site
- Pengkajian infrastruktur danasumsi-asumsi tentang partisipasi nasional.
- Rencana dan kebijakan pembangunaninfrastruktur nasional.
- Studi pre investasi proyek energi nuklir, kapan dan dilakukan oleh siapa? Hasilnya?
- Langkah-langkah atau keputusan kebijakanberikutnya.

g Hukum tentang perlindungan radiasi, dan keselamatan nuklir dan kepemilikan plant / bahan
- Perjanjian-perjanjianinternasional, konvensi dan aturan,
- Undang-undang dan peraturanuntuk proteksi radiasi
- Undang-undang dan peraturanuntuk keselamatan instalasi nuklir
- Kompatibilitas proteksi radiasi nasional dan peraturan keselamatan nuklir dengan kode dan panduan IAEA.
- Undang-undang dan peraturanuntuk kepemilikan instalasi nuklir dan bahan-bahan.
- Undang-undang atau kebijakan yang menyangkut kewajiban pihak ketiga nuklir.
- Menandatangani NPT, perjanjian/konvensi/kesepakatan regional, kesepakatan dengan Safeguards IAEA.
- Perjanjian bilateral pasokan nuklir.
- Konvensi pemberitahuan awal dan bantuan.
- Konvensi perlindungan fisik
- Konvensi keselamatan nuklir
- Konvesi keselamatan limbahdan manajemen bahan bakar.

h. Keterlibatan organisasi dan ministries
Dalam setiap kasus, tanggung jawab tertentu, pekerjaan yang dilakukan dan kompetensi untuk:
- Peramalanpermintaan energi dan listrik.
- Rencana perluasan system energi dan kelistrikan.
- Rencana energy nuklir. Organisasi mana yang akan menjadi pemilik / operator instalasi? Interface.
- Peraturan keselamatan dan proteksi radiasi.
- Penelitian dan Pengembangan Nuklir
- Perlindungan lingkungan.⎯ Interface dengan energy yang digunakan.
- Penerapan standar industri ⎯ QM / QA.
- Sistem standardisasi, akreditasi dan sertifikasi.

i. Keputusan untuk pembuatan power proyek
- Organisasi mana yang telah memutuskan dan sekarang memutuskan proyek pembangkit listrik baru dan apa dasarnya? Harus mendapatkan persetujuan? Oleh siapa?
- Bagaimana pembiayaandiputuskan?
- Interface dengan rencana dan prioritas pembangunan nasional.
- Kebijakan impor instalasi. Kendala dan batasan.
- Bagaimana keputusan yang diambil untuk partisipasi nasional?
- Bagaimana keputusan proyek pembangkit listrik nuklir menjadi berbeda?

J. Pembiayaan project energi saat ini
- mekanisme pembiayaan yang digunakan dalam 5 tahun terakhir ini pada proyek-proyek pembangkit tenaga listrik yang besar.
- Mekanisme untuk pembiayaan internasional.
- Mekanisme untuk pembiayaanlokal.

k Pendapat umum, energi dan daya nuklir
- Gerakan opini publik mempengaruhi keputusan sector energi dan ketenagalistrikan
- Program informasi publikmengenai tenaga nuklir.
l. Ketersediaan of sumberdaya manusia
- Profesional / teknisi di bidang nuklir.
- Manajeryang berpengalaman
- Lembaga Pelatihan

6. Peran IAEA Dalam Membantu Negara Bagian Dalam Membangun PLTN
Sebagai lembaga internasional, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan terjadinya pembangunan PLTN yang selamat, aman, dan bebas dari penyalahgunaan bahan nuklir untuk tujuan bukan damai. Khusus untuk pembangunan PLTN berbagai pengembangan dan bantuan ditangani oleh Departemen Nuklir Energi yang membawahi Divisi Energi Nuklir (Nuclear Power) dan Divisi Siklus Bahan Bakar dan Limbah (Fuel Cycle dan Waste).
Didalam Divisi Nuclear Power terdapat Seksi Pengembangan Teknik Energi Nuklir (Nuclear Power Technical Development Section, NPTDS) dan Keteknikan Energi Nuklir (Nuclear Power Engineering Section, NPES) dan satu kelompok yang disebut dengan kelompok Innovative Reactor Technology and Fuel Cycles Project (INPRO GROUP).
Seksi yang banyak berhubungan dengan persiapan infrastruktur pembangunan PLTN adalah NPES. Seksi ini dapat memberikan bantuan teknis dalam mempersiapkan infrastruktur maupun mengevaluasi infrastruktur yang sudah dilakukan oleh Negara anggota. Pada tahun 2009, IAEA telah melakukan evaluasi terhadap Infrastruktur tiga Negara yang sedang mempertimbangkan untuk membangun PLTN yaitu Jordan, Indonesia dan Vietnam dengan mengirimkan Tim Misi Integrated Nuclear Infrastructure Review (INIR).
Sejalan dengan tahapan pembangunan PLTN maka INIR mission dapat dilakukan dengan tiga phase yaitu:
- Fase pertama : Pertimbangan menuju penetapan pelaksanaan proyek.
- Fase kedua : Persiapan pelaksanaan konstruksi PLTN.
- Fase ketiga : Implementasi pembangunan dan pengoperasian PLTN.
Isu-isu yang akan dievaluasi adalah isu mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan pada masing-masing tahap pembangunan PLTN seperti yang diuraikan pada bagian 5 di atas. Isu tersebut secara umum dikelompokkan dalam isu mengenai hal sebagai berikut:
- Posisi nasional
- Keselamatan Nuklir
- Manajemen
- Pendanaan dan pembiayaan
- Kerangka hukum
- Seifgard atau pengamanan bahan bakar uranium
- Kerangka kerja pengawasan
- Proteksi Radiasi
- Jaringan listrik
- Pengembangan SDM
- Keterlibatan pemangku kepentingan
- Tapak dan fasilitas pendukung
- Proteksi terhadap lingkungan
- Rencana Penangulangan kedaruratan
- Keamanan dan proteksi Fisik
- Daur bahan bakar nuklir
- Limbah radioaktif
- Keterlibatan industri
- Pengadaan

Hasil dari penyelenggaraan INIR Mission adalah kesimpulan tentang gap atau perbedaan yang masih perlu ditindak lanjuti oleh pemilik PLTN pada masing-masing phasa. Bila untuk penyelesaiannya diperlukan bantuan teknis dari IAEA maka IAEA akan mengirimkan bantuan berdasarkan permintaan dari Negara yang bersangkutan.
Bantuan tersebut antara lain berupa:
- Penyiapan dokumen petunjuk
- Review status
- Sharing informasi dan praktek
- Workshop, training dan seminar
- Bantuan teknis dalam bidang
• Perencanaan Energi (Energy Planning)
• Studi Kelayakan (Feasibility Study)
• Review legislasi mengenai nuklir (Review of nuclear legislation)
• Kerangka regulasi dan organisasi
• Survey, seleksi, dan evaluasi tapak
• Pengembangan sumberdaya manusia
• Penawaran lelang dan evaluasi
• Penilaian teknologi
• Peningkatan kompetensi pemilik dan operator
• Akuntansi dan pengendalian bahan nuklir

7. Kesimpulan
Pembangunan PLTN bukan saja melibatkan suatu negara, melainkan melibatkan banyak negara yang tergabung dalam Badan Tenaga Atom Internasional IAEA. Penggunaan dokumen petunjuk, code dan standard, landasan hukum, peraturan nasional, perjanjian internasional, kerja sama internasional sangat diperlukan untuk menjamin pembangunan PLTN yang selamat, aman dan tidak menyimpang dari tujuan untuk maksud damai.



Reference:
1. IAEA, Managing First Nuclear Power Plant, International Atomic Energy Agency, TECDOC-1555, Vienna, 2007
2. IAEA, Milestone in the Development of a National Infrastructure for Nuclear Power, International Atomic Energy Agency, Nuclear Energy Series NG-G-3.1, Vienna, 2007
3. IAEA, Evaluation of The Status of National Infrastructure Development, International Atomic Energy Agency, Nuclear Energy Series NG-T-3.2, Vienna, 2007
4. IAEA, INIR, Integrated Nuclear Infrastructure Review Missions: Guidance on Preparing and Conducting INIR Mission, International Atomic Energy Agency, IAEA Booklet, Vienna, 2009.


Read More...

Kamis, 04 Februari 2010

Mengenal Peran Badan Tenaga Atom Internasional dalamPemanfaatan Teknologi Nuklir Untuk Lingkungan

1. Pendahuluan
Udara, daratan dan lautan merupakan unsur utama sistem bumi yaitu sistem yang saling berhubungan dan komplek yang dikendalikan oleh suatu proses fisika, kimia dan biologi. Setiap orang sangat tergantung pada unsur ini untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, walaupun disisi lain setiap orang juga dapat terkena dampak dari keberadaan unsur-unsur ini, tergantung pada kondisi atau kualitas nya masing-masing.
Sejak revolusi industry, aktivitas manusia telah banyak mengubah secara nyata kualitas udara tempat kita bernafas. Konsentrasi karbon dioksida (CO2) telah meningkat 31%, methane (CH4) sudah meningkat lebih dari dua kali lipatnya dan nitrogen oxide (NOx) telah naik 17%. Terdapat bukti yang kuat bahwa peningkatan ini berkaitan dengan pembakaran bahan bakar fosil yang cendrung meningkatkan polusi udara yang berdampak pada masalah kesehatan.
Para ahli telah memetakan sebanyak 867 ekosistem tanah di dunia dimana masing-masing ekosistem dicirikan oleh gabungan kondisi iklim, tanaman dan komunitas hewan. Saat ini banyak diantaranya sudah mengalami perubahan yang cepat bahkan sebagian lagi sudah mencapai kerusakan yang hebat. Untuk mencegah atau mengatasi penurunan kondisi ini, kita harus mengembangkan pendekatan yang terintegrasi untuk mengelola tanah. Langkah pertama adalah dengan memahami keunikan perilaku ekosistem tempat dimana kita selalu memperoleh makanan dan sumber daya alam dan tempat kita hidup dan bekerja.
Dua pertiga dari penduduk dunia tingal dalam area 60 km dari garis pantai. Kita juga bergantung pada laut untuk mendapatkan makanan dan sumber daya laut. Sebaliknya, kita juga memasukkan kedalam laut berbagai hasil samping dari produk industri, pertanian dan hidup sehari-hari. Laut memainkan peran penggerak utama dalam perubahan lingkungan global: mempertahankan integritasnya merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan masa depan dunia.
Sebagai lembaga internasional dibawah Perserikatan bangsa-Bangsa, Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) bergerak di bidang Teknologi Nuklir aktif mengembangkan kerjasama teknik untuk membantu negara anggota (Member State) di seluruh dunia untuk mencapai prioritas pembangunannya dengan tetap melakukan usaha memproteksi lingkungan atmosfir, darat dan laut sehingga tidak terjadi kerusakan yang semakin hebat. Hal ini juga sejalan dengan sasaran yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals.

2. Teknik Nuklir untuk Lingkungan

Pada prinsipnya penggunaan teknik nuklir untuk lingkungan dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan memeriksa unsur –unsur alamiah maupun buatan yang terdapat di udara, darat maupun laut. Unsur-unsur alamiah ini dapat berbentuk isotop stabil maupun radioaktif yang dapat ditemukan di tiap lingkungan. Dengan melacak pergerakan isotop tersebut kita dapat memperoleh pengetahuan tentang proses biogeokimia yang terjadi. Oleh keterkaitan bahan tersebut dengan materi lain dalam suatu sistem kita dapat melacak atau mengamati pergerakan isotop tersebut yang sekaligus menunjukkan perilaku atau kondisi sistem yang diamati.
Dengan mengamati perilaku system dapatlah dilakukan pemetaan dan prediksi kecendrungan yang akan terjadi dimasa datang. Dengan demikian informasi yang diperoleh dapat dipakai sebagai dasar pengambilan kebijakan maupun pengambilan keputusan untuk tindakan segera dalam memproteksi lingkungan. Oleh karena itu memproteksi lingkungan pada dasarnya berkaitan dengan usaha pencegahan atau pengurangan kerusakan dan sekaligus membuat pilihan yang lebih baik dalam penerapannya.
Dari program kerjasama yang dilakukan IAEA berkaitan dengan lingkungan, penggunaan metode nuklir telah meningkat secara significant pada bidang-bidang sebagai berikut ini:
- Monitoring, evaluasi, dan proteksi kualitas udara
- Mengurangi ancaman terhadap sumber daya air
- Meningkatkan produktivitas tanah
- Mencegah penyakit
- Menghasilkan listrik yang berkelanjutan
- Memprediksi dan mengenali fenomena alam
- Manajemen lingkungan laut
- Rehabilitasi tanah dan air yang sudah terkontaminasi
- Penanganan air buangan dari Instalasi Nuklir Daya
-
3. Berbagai Kegiatan Dalam Penerapan Teknik Nuklir Untuk Lingkungan

Mengatasi Permasalah Lingkungan Udara

Dampak local pada Megacity Amerika Latin
Buenes Aires, Mexico City, Santiago dan San Paulo adalah kota-kota yang bercirikan penduduk yang padat, memiliki kendaraan bermotor dalam jumlah yang banyak dan terdapatnya industri-industri berat. Ini berarti setiap orang akan memiliki kemungkinan mengalami gangguan. Mobil dan pabrik-pabrik, mengeluarkan bahan partikulat dengan kadar tinggi. Tiap individu akan mengalami masalah pernafasan dan penurunan kualitas hidup, dan ekonomi tinggal akan mengalami kekosongan dan produktivitas yang rendah
Pemerintah lokal mengumpulkan sampel udara untuk mengidentifikasi komponen bahan partikulat dan mengkorelasikan konsentrasinya dengan penyakit pernafasan. Dalam hal ini alat yang digunakan adalah teknik X-ray khusus dimana partikel diinduksi dengan emisi sinar-X atau PIXE sedangkan bahan partikulat antara lain sulphur, copper, zinc, lead. Tujuan pengukuran ini adalah untuk membuat aturan atau regulai yang dapat meningkatkan kualitas udara dan kesehatan manusia.
Kecendrungan Lintas Batas Asia dan Pasifik
Project yang sama dilakukan bukan saja pada dampak lokal tetapi juga pada bagaimana pergerakan polusi udara melintasi batas internasional. Meningkatkan keterlibatan masing-masing Negara terkait untuk memonitor dan mengevaluasi polusi udara yang memungkinkan mereka untuk menghimpun data untuk dapat mengidentifikasi jenis pencemar yang kritis dan darimana mereka berasal- baik untuk jarak dekat maupun panjang, Pengumpulan data ini dipakai untuk mendukung kerjasama masa depan dalam menentukan gerakan lintas batas dan sekaligus mengembangkan model untuk memperkirakan kecendrungan atau trend polusi udara.
Pada tahun 2005 lebih dari 1200 project kerjasama teknik (bernilai $73,6 juta) telah melibatkan hampir 2400 institusi telah dijalankan. Dukungan terhadap pengembangan sumberdaya manusia untuk lingkungan telah diberikan kepada lebih dari 6000 orang melalui kegiatan fellowship, pelatihan dan pengiriman sebanyak 2784 tenaga ahli.

Afrika mengumpul bukti-bukti untuk membuktikan sesuatu.

Untuk negara-negara Afrika yang melaksanakan program kualitas udara, satu tantangan utama yang dilakukan adalah untuk meyakinkan pembuat kebijakan, industri dan masyarakat umum untuk mengangkat poluasi udara sebagai suatu masalah yang serius, yaitu dengan memodifikasi regulasi, metode dan perilaku produksi. IAEA telah membantu 16 negara yang memerlukan peralatan monitoring berbasis nuklir yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan mendemonstrasikan bahwa tindakan pengendalian dapat membuat perubahan

Usaha global untuk menurunkan emisi industri pada sumber.

Sebagian besar polusi udara, khususnya sulfur dioxide (SO2) dan Nitrogen oxide (NOx) disebabkan ketergantungan industri terhadap bahan bakar fossil. Permasalahan ini menjadi meningkat di banyak negara berkembang dipengaruhi faktor ekonomi yang membuat mereka harus menggunakan bahan bakar grade rendah “Batubara.”

Demonstrasi Project di Brazil, China dan Eropa Timur telah menunjukkan bahwa proses yang dikenal sebagai sinar electron dengan pencucian kering (EBS, Electron Beam Dry Scrubbing) dapat melenyapkan sampai 95% polutan gas pada tabung pembakaran batubara. Proses ini juga menghasilkan produk samping yang dapat dipakai sebagai pupuk. Arab Saudi sekarang sedang mencoba melakukan studi kelayakan pengunaan EBS pada tabung pembakaran minyak.

Mengatasi Permasalahan Lingkungan Darat

Penambahan tanah untuk pertanian di wilayah kering
Tanah bergaram merupakan fenomena dunia yang mana dibeberapa wilayah hal ini merupakan fenomena alam, tetapi di tempat lain ( meliputi kira-kira 77 juta hectar) merupaka hasil perbuatan manusia. Usaha untuk menghilangkan garam dari tanah permukaan melalui irigasi air bersih sangat tidak efektif.
Teknologi nuklir mendukung suatu pendekatan yang inovatif dengan mengkombinasikan alam dengan makanan. Reproduksi mutasi, berdasarkan seleksi tanaman asli yang memenuhi kebutuhan lokal, digunakan untuk meningkatkan lebih dari 100 spesien tanaman yang menunjukkan toleransi terhadap garam. Sensor Neutron kering (Neutron Moisture Probes) mendukung pelaksanaan praktis irigasi yang optimal. Faktor teknik monitor lain seperti interaksi tanaman-tanah-air dan kompetisi spesies terhadap kelembaban tanah dan juga nilai gizi tanaman yang dipanen..
Kombinasi Tanaman dan Ternak
Pertanian yang berkelanjutan bertujuan meminimasi dampak lahan pertanian. Tetapi hal ini sama pentingnya dengan memperhatikan tanaman dan hewan yang secara pasti member penghidupan pada petani.
Di Afrika Timur, usaha sedang dilakukan untuk memecah siklus dimana tanah yang tidak subur yang cendrung menghasilkan tanaman yang kurang gizi, ternak kurang gizi dengan laju reproduksi rendah dan masyarakat petani yang miskin. Menggunakan legumes (kacang polong) sebagai penyubur biologi, petani sekarang dapat meningkatkan status nitrogen tanah dan memberikan pakan ternak dengan residu tanaman kaya nitrogen dan limbah industri. Teknik isotop N-15 digunakan untuk mengkuantifiaksi dan meningkatkan kapasitas kacang polong untuk memenuhi nitrogen atmosfir dengan demikian dapat mensuplai nitrogen yang cukup untuk tanah. Dengan dosis yang sesuai, inseminasi buatan yang didukung oleh teknik nuklir dapat digunakan untuk meningkatkan reproduksi ternak. Dalam waktu pendek usaha ini dapat digunakan untuk meningkatkan produksi makanan, sedang untuk jangka panjang usaha ini dapat mempertahankan keamanan makanan dan melestarikan alam sebagai basisi sumber daya alam.
Sedikit hama, sedikit pestisida dan kemungkinan pasar baru.
Perkiraan konservatif menyarankan bahwa hama dapat menurunkan pasokan makanan dunia sebesar 25%. Kehadiran hama banyak terkait dengan penggunaan pestisida yang berlebihan maupun penyakit ternak dan manusia yang fatal dan serius. Teknik serangga steril (SIT, steril insect technique) adalah proses iradiasi dalam laboratorium dengan membiakkan hama jantan yang mandul. Ketika dikeluarkan ke lingkungan target maka akan terjadi perkawinan pasangan hama dimana hama betinanya tidak dapat menghasilkan turunan yang berakibat mengurangi populasi pest.
Keefektivan penggunaan SIT mengalami banyak tantangan seperti keberlanjutan operasi di lapangan, tetapi di beberapa negara dilaporkan terdapat beberapa keberhasilan. Di Zanzibar, pengurangan nyamuk tsetse- dan juga kejadian penyakit tidur trypanosomiasis.- meningkatkan kelahiran ternak dan menghilangkan pemakaian pestisida. Di Lembah Arava Israel, dimana penggunaan pestisida konvensional dilarang, menemukan cara alternatif untuk pengiriman buah melalui udara telah menciptakan kesempatan eksport ke pasar US.
Dari China ke Chile: Mengurangi erosi tanah.
Survey jarak jauh menunjukkan bahwa 38% wilayah China mengalami degradasi oleh terjadinya erosi tanah. Di Chile 60 % tanah pertanian telah mengalami penurunan kemampuan. walaupun tidak selalu parah, erosi tanah merupakan permasalahan global yang sering ditimbulkan oleh pengunaan tanah yang tidak irasional dan pelaksanaan pertanian yang tidak baik dimana terjadi pengurangan penutupan lahan.
Strategi managemen tanah yang terintgrasi sering diperlukan pada tiap benua. Untuk lebih efektif, mereka harus memperhatikan banyak faktor, termasuk landscape, tanah, penutupan vegetasi. Melacak perpindahan radionuklida (i.e Caesium-137) adalah satu dari alat untuk mengukur redistibusi tanah dan mengevaluasi kecocokan beberapa strategi konservasi tanah.

Mengatasi Permasalahan Lingkungan Laut

Memodelkan masa depan Laut Mediteranian Selatan
Kedangkalan (Shallow depth) dan keterbatasan pertukaran air membuat Laut Mediteranian rentan kerusakan, khususnya sebagai akibat pengaruh manusia. Kontaminan cendrung menjadi terkonsentrasi dari pada tersirkulasi. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi proses alamiah dalam kolom air dan kehidupan laut dan productivitas yang sudah rudak dibanding sistem laut lain.
Sampai saat ini, masih relatif sedikit data tersedia pada badan air. Banyak para ahli ambil bagian dalam program menangkap data radioaktif dan non-radioaktif dalam air, sediment dan biota, dan untuk memetakan kecendrungan pergerakan terhadap ruang dan waktu. Sebagian dari data akan disintesa untuk menentukan status kesehatan laut dan membuat sistem informasi kelautan yang komprehensif. Sistem ini termasuk modeling komputer untuk membantu mengelola masa depan kelautan. Berdasarkan pengalaman selama 5 tahun, sebuah regional project lima tahun (2007-2011) dibuat untuk negara –negara Africa ber pantai laut demi ”Peningkatan Kemampuan Negara-negara Afrika untuk mengevaluasi Pencemar di Lingkungan Laut (Enhancing African Capability for Contaminant Assessment in Marine Environment)
Menghidupkan kembali Laut Hitam
Pada awal 1990, Laut hitam dinyatakan “hampir mati” ditinjau dari sisi kualitas air, keragaman hayati, habitat dan nilai rekresai. Lebih dari 5 tahun (1997-2002) IAEA telah membantu mengirimkan tenaga ahli dari 6 negara anggota IAEA yang bekerjasama untuk mengidentifikasi toksin, mencari sumbernya dan mengembangkan strategy pencegahannya. Radionuklida merupakan subjek yang diamati dan alat investigasi yang tak ternilai, bertindak sebagai pelacak untuk mengetahui perilaku dan sifat kontaminan.
Menjaga sumber daya paling penting Caribean
Untuk pulau kecil and negara pulau, eksplorasi sumber daya laut dapat diharapkan mencapai 60% produksi nasional kotor (GNP). Di sepanjang pulau Caribean, populasi yang sangat padat dan pertentangan dalam penggunaan lahan pantai telah menarik perhatian tentang apa yang dibuang ke dalam lingkungan laut (sampah domestik atau industri) sehingga mempengaruhi kualitas produksi dan layanan laut.
Melalui proyek 4 tahun yaitu dari tahun 2007-2010 telah digunakan radionuklida buatan manusia maupun yang dihasilkan alam untuk memeriksa kontaminasi pada sedimen laut, subtidal, wilayah tanah subur dan atmosfir. Perhatian khusus diberikan pada penggunaan bahan radioaktif pelacak untuk mengikuti aliran kontaminasi yang masuk kedalam jaring makanan, yang berpotensi mengancam kesehatan penduduk lokal dan turis yang mendukung sebanyak 34% GNP dan menghasilkan lebih dari 2.5 juta pekerjaan.

Mempertahankan Racun Laut pada Perairan

40 tahun yang lalu, ledakan alga berbahaya (HABs, harmful algai blooms)- biasanya dikenal sebagai ‘red tide’ telah menjadi lebih sering terjadi dan mencakup wilayah yang luas. Ancaman yang ditimbulkannya terletak pada racun yang dimakan oleh ikan “shellfish” and kemudian dimakan oleh manusia. Efek yang ditimbulkan bervariasi dari kondisi ketidaknyamanan sampai pada kondisi paralisis dan bahkan kematian.
Ketika HABs terjadi, lembaga otoritas regulasi bertindak cepat untuk menutup tempat pemancingan ikan komersil, mengingatkan penggemar pemancingan ikan, dan menahan perdagangan ikan shellfish. Receptor binding assay (RBA) adalah teknik nuklir dengan sensitivitas dan kemampuan tinggi untuk menguji sampel yang banyak dalam waktu yang singkat. Dibandingkan dengan metode yang lain untuk mendeteksi racun HAB, RPA menghasilkan informasi yang lebih akurat tentang risiko yang sebenarnya dan memungkinkan pihak otoritas untuk mengambil tindakan yang memadai.

4. Program Kerjasama dan Pengembangan

IAEA secara langsung terlibat dalam berbagai project yang merefleksikan kebutuhan akan pengenalan yang lebih baik bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi udara, darat dan air, dan adanya siklus alam yang dapat mempertahankan lingkungan tersebut menjadi seimbang. Banyak dari usaha ini merupakan kerja sama regional dan internasional, yang merefleksikan keterkaitan bersama dari sumber-sumber alam yang sangat bergharga. Berbagai project yang dikerjakan dapat berupa pelatihan, pengiriman tenaga ahli maupun peralatan
Program Kerjasama Teknik IAEA meliputi berbagai sektor, beberapa diantaranya secara langsung mendukung sasaran pembangunan Millenium Perserikatan bangsa-bangsa (UN Millennium Development Goal) dalam bidang area kesehatan manusia, makanan dan pertanian, sumber air dan proteksi lingkungan dan opsi keberlanjutan energy.
Untuk pengembangannya IAEA memiliki laboratorium yang akan berkontribusi terhadap lingkungan yang aman, bersih dan berkelanjutan. Dalam hal ini IAEA mempertahankan ciri khususnya sebagai pusat analisis, riset dan pelatihan yang multidisiplin. Laboratorium yang ada juga dikembangkan untuk mendukung komitmen dimana IAEA akan berkontribusi terhadap UN Milenium Development Coal, termasuk “menjamin keberlanjutan lingkungan” Berikut adalah Laboratorium IAEA yang mendukung pemanfaatan teknik nuklir untuk lingkungan.
1. Laboratorium Seiberdorf dan Vienna
Seibedorf beroperasi tahun 1961. Pada Januari 1962, lab ini mendistribusikan satu set pertama sampel kepada laboratorium lain, rumahsakit dan klinik kepada negara anggota (Member State). Tiga laboratorium yang ada di IAEA mencakup FAO/IAEA joint Agriculture and Biotechnology Laboratory, Physics Chemistry and Instrumentation laboratory dan Safeguard Analystic Laboratory.
2. Laboratorium Lingkungan Laut Monaco
Pada saat pembukaannya tahun 1961 Laboratorium Lingkungan Laut (MEL, Marine Environment Lab) melaunching era baru investigasi kelautan. Misi MEL terdiri dari empat element strategis yang saling berkorelasi yaitu:
- Penelitian untuk memproteksi lingkungan laut dari radioaktivitas dan polusi
- Aplikasi nuklir dan teknik isotop untuk melacak process, ekosistem, dan dampak polusi di laut
- Pelatihan tenaga ahli dan sebagai bahan acuan untuk membantu negara anggota untuk berkomitmen untuk melakukan monitoring dan keberlanjutan pembangunan lingkungan lautnya
- Menjadi partner strategis dengan UN dan lembaga internasional lain dalam mengimplementasikan World Summit on Sustainable Development Program untuk laut.

5. Penutup

Dalam melakukan gerak langkahnya sesungguhnya IAEA IAEA mempunyai dua mandat yang berkaitan dengan lingkungan. Pertama IAEA harus menjamin bahwa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aplikasi nuklir tidak menyebabkan bahaya yang tidak dapat diterima oleh masyarakat dan lingkungan. Kedua IAEA mempromosikan pengembangan dan penggunaan teknologi nuklir yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang proses lingkungan dan meningkatkan kemampuan untuk mengelola sumber alam dan mempertahankan keberlanjutannya.
IAEA secara aktif melaksanakan mandatnya dalam 3 bidang area utama yaitu (1) melindungi manusia dan lingkungan dari radiasi ionisasi, (2) mengoptimasi dampak lingkungan suatu teknologi nuklir dan (3) memfasilitasi penggunaan dan pengelolaan secara berkelanjutan sumber daya alam.
Melakukan proteksi lingkungan dan sikap ramah lingkungan senantiasa diaplikasikan dalam berbagai program IAEA termasuk energi nuklir, keselamatan nuklir, aplikasi nuklir dan safeguard. Dukungan juga diberikan kepada negara anggota melalui program kerjasama teknik. Dengan demikian melalui usaha ini IAEA secara langsung membantu negara anggota untuk mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan sebagai bagian UN Millenium Development Goal.
Read More...