Selasa, 15 Februari 2011

PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN SPRITUAL

Disarikan oleh Dr. Jupiter Sitorus Pane

dari brosur Environmental and Spiritual Preservation, tulisan dari Venerable Master Hsing Yun, yang disampaikan pada Konferensi umum, Buddha’s Light International Association, Fo Guang Shan Taiwan, 02-07 Oktober 2010


Pengantar

Beberapa bulan yang lalu, letusan gunung berapi Eyjafjallajokul dan Katia di Islandia telah menyebabkan gangguan lalu lintas udara terutama di Eropa. Bongkah abu gunung berapi tersebar di seluruh langit, menyebabkan ancaman serius terhadap keselamatan penerbangan dan dihentikannya sebagian besar penerbangan pesawat udara di Eropa. Letusan tidak hanya memiliki dampak yang parah terhadap perekonomian, tetapi juga menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada manusia. Setelah hampir enam bulan setelah letusan, setiap hal tampaknya telah kembali normal.


Sebagaimana disebutkannya letusan gunung berapi maka kejadian ini dikaitkan dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa abad ke-21 merupakan era lingkungan hidup. Walaupun dalam hal ini Deklarasi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (Deklarasi Stockholm) telah dicetuskan pada tahun 1972 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan. Selain itu, PBB juga menyatakan bahwa tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (WED) dengan tujuan untuk mengajak masyarakat menyadari bahwa kita hanya memiliki satu bumi, dan bahwa manusia dan lingkungan adalah satu dan tak terpisahkan. Sejak itu subjek yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup telah menjadi fokus sentral dunia.

Pada tahun-tahun berikutnya, PBB mengadakan beberapa kali KTT Bumi untuk membahas isu-isu lingkungan, dan menghasilkan berbagai konvensi internasional, dengan harapan bahwa melalui kerjasama internasional dan perjanjian-perjanjian, bangsa-bangsa akan meminimalkan emisi karbon dioksida dan gas beracun lainnya yang berbahaya bagi lapisan ozon, dan memperlambat pemanasan global.

Namun, yang disesali dan dikhawatirkan adalah melihat kenyataan, meskipun terdapat fakta bahwa dunia telah menyadari buruknya pemanasan global dan kerusakan sistem ekologi, namun ”masalah pelestarian nilai lingkungan dan usaha penyelamatan bumi" masih hanya sebatas slogan untuk orang banyak, dan tidak dijadikan tindakan yang nyata

Alasannya adalah karena terjadi konflik antara kepentingan pelestarian lingkungan dan permintaan untuk mencukupi bahan pokok untuk hidup. Banyak orang masih melihat masalah kenyamanan fisik sebagai prioritas utama mereka. Peralatan rumah tangga seperti lemari es dan pengatur udara, dan kendaraan transportasi seperti sepeda motor dan mobil yang mengeluarkan limbah gas, menyebabkan kerusakan parah pada lapisan ozon. Sebagai akibatnya, makhluk hidup di bumi tidak lagi memiliki perlindungan terhadap radiasi ultraviolet (UV) dari Matahari,

Selain itu, keperluan manusia terhadap barang atau bahan telah menyebabkan perkembangan industri yang sangat tajam, mengkonsumsi bahan bakar dalam jumlah besar seperti minyak bumi batubara. Penumpukan gas rumah kaca karbon dioksida yang berkelebihan menyebabkan efek pemanasan global dan berakibat cuaca ekstrim.

Cuaca ekstrim meliputi fenomena cuaca yang selalu pada kondisi ekstrim, baik cuaca ektrim panas atau ekstrim dingin atau bahkan diikuti banjir dan kekeringan. Sebagai contoh pada bulan Juli dan Agustus tahun 2010 gelombang panas menyapu belahan bumi bagian utara. Lebih dari lima puluh ribu orang di Jepang dikejutkan oleh serangan panas, yang menyebabkan lebih dari seratus kematian. Di Rusia, suhu yang terus tinggi dan kekeringan menyebabkan kebakaran hutan yang hampir melanda Kota Moskow, dengan estimasi kerugian lima belas miliar dolar AS.

Kebakaran hutan yang disebabkan oleh suhu tinggi juga terjadi di pertengahan-Amerika, Portugal, dan Spanyol. Lebih buruk lagi terjadi di Kashmir, India hujan deras tiba-tiba setelah enam bulan kekeringan sehingga menyebabkan banjir terburuk dalam seratus tahun, menewaskan lebih dari seratus orang, lebih dari enam ratus orang hilang, dan membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Hujan ini akhirnya membalikkan kenyataan dimana Kashmir yang dikenal sebagai "surga di bumi" berubah menjadi ”neraka di bumi.” Karena udara musim panas yang menutupi Eropa, Asia, dan Amerika, negara-negara Amerika Selatan seperti Paraguay dan Argentina dikejutkan oleh sebuah udara dingin yang sangat langka, dan telah membunuh lebih dari seratus ribu orang dan hewan.

Perubahan iklim dan pemanasan global tentu erat kaitannya dengan pembangunan yang besar-besaran dan berlebihan. Seperti diketahui semua, hutan befungsi untuk mempertahankan sumber daya air, menghasilkan oksigen, dan menyerap asap knalpot seperti karbon dioksida dan Sulfur dioksida, yang membantu mengurangi kecepatan pemanasan global. Secara khusus, ahli mengatakan bahwa hutan hujan tropis pada sungai Amazon dan penampungan hujan, yang terbesar di dunia, menghasilkan 33% dari oksigen bumi, sehingga disebut "paru-paru bumi." Jika suatu hari, semua hutan hujan Amazon tertutup, maka 1 / 3 dari oksigen yang menopang kehidupan bumi akan hilang. Ketika itu terjadi, bukan hanya lingkungan hidup kita yang akan memburuk, tetapi iklim di bumi juga akan menjadi lebih sulit diprediksi.

Sayangnya, walau sedemikian pentingnya hutan berfungsi untuk menopang kehidupan manusia dan seluruh bumi, tetap saja hutan tidak dihargai atau dilindungin dengan baik.. Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi penebangan hutan besar-besaran untuk pembuatan kertas, lahan penggembalaan, lahan pertanian, dan tanah untuk bangunan.

Penurunan hutan hujan tropis tidak hanya diartikan sebagai penurunan sumber daya hutan saja, tetapi ribuan spesies yang hidup di dalamnya juga akan menjadi punah, dan keseluruhan sistem ekologi akan menghadapi kerusakan parah. Secara khusus, penebangan yang berlebihan akan menyebabkan erosi tanah, penggundulan, erosi lahan. Pembudidayaan, deforestasi dan konstruksi yang berlebihan oleh manusia juga mengakibatkan seringnya tanah longsor. Misalnya, September 21, Gempa di Taiwan menyebabkan longsor seluruh gunung di Nantou County, membunuh dan melukai hidup orang banyak. Angin topan Morakot menyebabkan Desa Siaolin Desa terkubur dalam tanah longsor. Banjir Zhouqu di Gansu dan Gongshan di Yunann juga mengakibatkan longsor dan mengahncurkan pemandangan yang begitu indah hanya dalam waktu semalam.

Semua ini adalah tanda bahwa ancaman masalah lingkungan hidup masa depan terletak pada ketanguhan umat manusia untuk mengatasinya, tidak hanya mencakup pemanasan global dan kerusakan lapisan ozon, tetapi juga dengan menurun tajamnya sumber daya hutan, penggundulan, kepunahan yang dipercepat, bahaya sampah, limbah beracun, dan hujan asam disebabkan oleh pencemaran udara besar-besaran industri yang sangat mencemari sungai-sungai dan tanah. Akibatnya, umat manusia akan menghadapi krisis air dan kekurangan makanan, atau bahkan perang oleh keterbatasan sumber daya alam.

Sampai sekarang, fokus setiap bangsa masih dalam rangka memerangi pemanasan global. Akhir-akhir ini, ilmuwan Barat terus menerus memperingatkan umat manusia, bahkan dengan menggunakan data statistik, pada keseriusan ancaman pemanasan global. Jika orang tidak memperhatikan pelestarian lingkungan, dan tidak mengontrol emisi karbon dioksida, maka pada akhir abad ini, suhu bumi akan naik dari 1,4 menjadi 6,4 derajat Celcius. Bila waktu ini tiba, maka akan terjadi perubahan yang destruktif untuk masa depan kemanusiaan.

Bagaimana seharusnya membuat semua orang memahami pemanasan global? Termasuk bencana yang diakibatkan oleh peningkatan suhu satu derajat Celsius terhadap kemanusiaan? National Geographic telah menyiarkan sebuah film dokumenter khusus yang disebut "Enam derajat bisa mengubah dunia." Film dokumenter ini menjelaskan bahwa bila saat suhu seluruh bumi ini meningkat sebesar satu derajat, bagian Barat Amerika Serikat akan menghadapi kekeringan yang parah di mana sebagian besarnya akan berubah menjadi tandus.

Bila suhu bumi meningkatkan dua derajat, maka gletser Greenland akan mencair lebih cepat. Ketika saat ini tiba, permukaan laut akan naik sampai tujuh meter. Beberapa kota pesisir termasuk New York, London, Bangkok, Shanghais atau Taipei akan sepenuhnya dilanda banjir.

Bila suhu bumu meningkatkan tiga derajat, setelah melewati titik kritis, manusia tidak lagi akan memiliki kekuatan untuk mengendalikan pemanasan global. Ketika saat ini tiba, gelombang panas musim panas di Paris akan menjadi fenomena terus menerus. Tidak akan ada es di Kutub Utara selama musim panas. Amazon Rainforest secara bertahap akan layu, dan kekeringan bahkan dapat menyebabkan kebakaran hutan.
Ketika suhu bumi meningkatkan empat derajat, Bangladesh, Mesir dan Venice bisa dibanjiri oleh air laut. Sungai terbesar di dunia mungkin sungai kering dan membahayakan keberadaan jutaan bahkan miliaran orang.

Ketika suhu bumi meningkat sebesar lima derajat, zona beriklim Utara dan Selatan tidak lagi cocok untuk hidup. Sumber air di Los Angeles, Mumbai, dan Kairo akan mengering. Bila saatnya tiba, pengungsi akibat iklim di seluruh dunia tidak dapat diperkirakan.

Ketika suhu bumi naik dengan enam derajat, banyak dari kota besar akan hilang oleh ketinggian laut. Ketika saat ini tiba, bencana alam akan menjadi suatu normal dan saat itu dieebut sebagai "akhir dunia." Kehidupan manusia akan mengikuti proses kepunahan kerajaan Dinosaurus. Sejak saat itu, peradaban manusia akan tidak ada lagi.

Apakah prediksi bencana alam di atas terjadi? Kapan itu terjadi? Bahkan ilmuwan top dunia tidak bisa memastikan. Namun, Stephen Hawking, seorang ilmuwan Inggris pertama sekali memberikan saran yang tulus untuk kemanusiaan. Ia berpendapat bahwa jika umat manusia ingin terus hidup di masa depan mereka harus meninggalkan bumi dan mulai berimigrasi ke ruang angkasa.

Apakah pernyataan itu sebagai spekulasi ilmuwan atau peringatan, kita tidak perlu takut. Tapi kita tidak boleh memahami itu sebagai sensasi saja atau mengabaikan sepenuhnya. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, manusia telah mengeksploitasi bumi tanpa henti, sehingga menyebabkan alam memukul balik Dengan demikian bencana alam yang terus menerus terjadi di seluruh dunia seperti gempa bumi, tsunami, banjir, kekeringan, angin topan, kebakaran, tanah longsor, dan lumpur harus menjadi peringatan bagi kita: bahwa bumi sedang sakit!

Sama seperti kita bisa jatuh sakit secara fisik, demikian juga bumi ini bisa sakit. Ketika seseorang mengalami sakit, maka bumipun perlu dirawat dan diselamatkan. Saat bumi sakit, itu juga perlu setiap orang untuk merawat dan menyelamatkannya. Untuk menyelamatkan bumi, maka kita harus mulai dengan usaha pelestarian lingkungan. Di sisi lain, perlindungan alam tergantung pada kesadaran manusia untuk bangkit menyelematkan bumi, dimulai dengan pelestarian lingkungan rohani.

Untuk menjamin bahwa pelestarian lingkungan dan spiritual diterapkan secara benar haruslah masalah ini dijadikan sebagai tugas yang paling penting untuk kemanusiaan saat ini bila kita tidak ingin menjadi sandera perubahan iklim dan lingkungan.

(Dilanjutkan pada posting berikut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar