Tidak disadari bahwa penugasan kedua kami di IAEA (International Atomic Energy Agency) sudah harus dimulai terhitung tanggal 1 May 2010 sampai 31 Desember 2010 setelah selama 4 bulan berselang dari penugasan pertama yaitu dari tanngal 1 May 2009 s/d 31 Desember 2009. Dalam penugasan pertama kegiatan utama kami adalah menjembatani Evaluasi infrastruktur Nuklir Nasional fase 1 antara Tim BATAN yang bekerjasama dengan berbagai Departemen dan institusi lain terkait dengan Tim ahli di IAEA sekaligus melaksanakan tugas lain di divisi Tenaga Nuklir, Departemen Energi Nuklir, IAEA. Hasil akhir kegiatan ini adalah terlaksananya review terpadu infrastruktur nuklir (Integrated Nuclear Infrastructure Review) terhadap 19 isu infrastruktur di Indonesia oleh Tim ahli dari IAEA. Termasuk dalam ke 19 isu infrastruktur tersebut adalah posisi nasional terhadap program nuklir, keselamatan nuklir, manajemen, pendanaan dan pembiayaan, kerangka hukum, safeguard atau pengamanan bahan nuklir, kerangka pengawasan atau regulasi, proteksi radiasi, jaringan listrik pengembangan sumber daya manusia, keterlibatan pemangku kepentingan, tapak dan fasilitas pendukung, proteksi terhadap lingkungan, rencana penanggulangan kedaruratan, keamanan dan proteksi fisik, daur bahan bakar nuklir, limbah radioaktif, keterlibatan industri, dan pengadaan. Berdasarkan review tersebut ada dua isu infrastruktur yang masih cukup penting dilakukan untuk fase pertama yaitu isu posisi nasional terhadap program nuklir dimana belum ada keputusan pemerintah RI untuk “Go Nuclear,”dan isu keterlibatan pemangku kepentingan dalam bentuk penerimaan masyarakat. Sedang pada penugasan kedua ini, kegiatan utama yang akan kami lakukan adalah menjembatani pelaksanaan studi kelayakan pemanfaatan PLTN skala kecil, menengah dan besar di Propinsi Bangka Belitung antara tim BATAN bekerja sama dengan Pemda Bangka Belitung dengan tim ahli di IAEA, disamping tugas lain untuk melanjutkan penyiapan infrastruktur fase 2 dengan target adalah terlaksananya penawaran lelang pembangunan PLTN kepada pihak vendor atau pemasok teknologi sekaligus melakukan evaluasi terhadap status teknologi PLTN saat ini dan masa depan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pemilihan jenis PLTN yang akan kita gunakan.
Hal yang cukup memberi semangat dalam pelaksanaan tugas kedua ini adalah adanya perkembangan pandangan yang cukup positif di kalangan masyarakat dan pemerintah tentang kebutuhan energi alternatif, khususnya energi nuklir. Pemerintah daerah propinsi Bangka Belitung telah menggagas penggunaan energi nuklir untuk mendukung pembagunan daerahnya di masa depan dan bahkan berencana untuk menjadikan propinsi Bangka Belitung sebagai lumbung energi yang modern dan murah. Demikian pula dari sisi pemerintah, President telah mengeluarkan instruksi President No. 1/2010 tentang percepatan pembangunan nasional yang satu diantaranya termasuk percepatan pembangunan PLTN dengan menugaskan BATAN dan Kementrian Riset dan Teknologi untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada tahun 2010 ini. Respon cepat terhadap perkembangan ini telah dilakukan oleh BATAN dengan menyusun Blue Print percepatan pembangunan PLTN dan menyampaikannya ke Bapenas.
Tentu perkembangan ini tidak akan demikian saja berjalan dengan mudah, pasti timbul berbagai pertanyaan apa benar Indonesia sudah siap akan melangkah ke PLTN? Pertanyaan merupakan pertanyaan sudah terlontar sejak tahun 1972 yaitu saat rencana pembangunan PLTN pertama sekali di programkan di BATAN dan hingga saat ini dan mungkin akan terus menjadi pertanyaan. Yang diperlukan saat ini bukanlah pertanyaan itu sendiri tetapi memberi jawaban terhadap pertanyaan tersebut dengan memulai membangun PLTN mengikuti pengalaman 30 negara di dunia dengan 436 unit PLTN terpasang.
BATAN, instansi dimana kami bekerja, adalah sebagai lembaga promosi yang bertugas memberi keyakinan bahwa PLTN layak secara teknologi untuk dibangun dan akan memberi keuntungan ekonomi bagi masyarakatnya sekaligus turut mempertahankan keberlanjutan ketersediaan energi untuk pembangunan nasional bersama dengan sumber energy lainnya. Sedang tugas pemerintah dan masyarakat adalah memutuskan untuk memanfaatkannya. Itu sebabnya BATAN sebagai pelayan masyarakat di bidang pemanfaatan teknologi nuklir tidak henti-hentinya berusaha memasyarakatkan pemanfaatan teknologi nuklir sebagai salah satu solusi energi masa depan dengan cermat dan bertanggung jawab.
Menyadari posisi jumlah penduduk keempat terbesar di dunia setelah China, India dan USA rasanya tidaklah salah kalau Indonesiapun akan memerlukan energi yang cukup besar untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Ketiga negara berpenduduk terbesar tersebut telah melangkah jauh dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi rakyat dan industrinya menyusul negara-negara lain yang berpenduduk kecil namun membutuhkan energi yang sangat banyak. Hal lain yang menguntungkan dalam pemanfaatan energi nuklir adalah kemampuannya memproduksi energi dalam jumlah yang besar tanpa merusak lingkungan dan tentu akan memperlambat terjadinya pemanasan global.
Akankah kita akan selalu berwacana saja tentang pembangunan PLTN? Saat ini sedang bersiap siap untuk membangun PLTN Negara Vietnam, Jordania, Uni Emirat Arab, dan Iran disamping 43 negara lain yang sedang mempertimbangkan untuk membangun PLTN.
Wacana-wacana tentang bahaya nuklir, keselamatan dan ketidaksiapan sumber daya manusia (SDM) barangkali sudah tidak begitu relevan lagi untuk dijadikan alasan tidak membangun PLTN mengingat teknologi nuklir sudah berkembang demikian cepatnya dan kesulitan SDM dapat diatasi dengan perencanaan yang matang. Kawasan Pusat Pengembangan Teknologi Nuklir di Serpong merupakan salah satu wujud perencanaan SDM nuklir di Indonesia, sedang untuk kegiatan non-nuklir dapat dilakukan oleh Departemen lain yang terkait.
Semoga rencana pembangunan PLTN akan terus berlanjut bagi percepatan kesejahteraan bangsa yang keputusan pemanfaatannya ada ditangan pemerintah dan masyarakat. BATAN sebagai pelayan masyarakat dalam promosi teknologi nuklir telah menugaskan kami untuk kedua kalinya di IAEA adalah dalam kaitan dengan persiapan teknis di bidang nuklir bila pemerintah dan masyarakat nanti memutuskan untuk membangun PLTN. Saat ini sudah ada 6 orang inspektur internasional safeguards nuklir yang berasal dari BATAN dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang bekerja di IAEA. Atas dukungan teman-teman di IAEA dan Tim Infrastruktur dan Pre Feasibility Study semoga kami dapat melakukan tugas ini dengan baik.
Salam menuju perubahan, menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang pantas memiliki teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) bagi kesejahteraan masyarakat dan tujuan-tujuan damai.
Minggu, 02 Mei 2010
PENUGASAN KEDUA DI INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY
Label:
PLTN,
Teknologi Nuklir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar