Kamis, 29 Januari 2009

ABSTRAK MAKALAH

ANALISIS STATISTIK SPASIAL PERTUMBUHAN PENDUDUK
DI LOKASI SEKITAR CALON TAPAK PLTN
UJUNG LEMAHABANG KABUPATEN JEPARA
Jupiter Sitorus Pane*
ABSTRAK
ANALISIS STATISTIK SPASIAL PERTUMBUHAN PENDUDUK DI LOKASI SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG KABUPATEN JEPARA.
Sebagai komponen penerima dalam analisis risiko lingkungan, analisis pertumbuhan penduduk sangat diperlukan untuk dapat memperkirakan besar dan langkah mitigasi dampak bila terjadi pelepasan bahan berbahaya. Dalam makalah ini diuraikan metode statistika dalam memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara spasial dan prediksinya untuk masa yang akan datang. Hasil analisis dengan menggunakan Analisis Regresi Ganda dan Komponen Analisis Utama (Principal Component Analysis) diketahui faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk di lokasi sekitar PLTN Ujung Lemahabang yaitu faktor ketersediaan listrik, ketersediaan jalan, terdapatnya Industri kayu/mebel, waktu, ke tinggian lokasi
dari permukaan laut, jarak dari Demak, sumber penghasilan tani, sumber penghasilan tambang ketersedian industri pertambangan, dengan koefisien determinan mencapai 94,6% atau 95%. Hasil prediksi menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk pada tahun 2016, 2036, dan 2056 adalah sebesar 3.876.371, 5.815.101, dan 7.753.831 jiwa.
ABSTRACT
SPATIAL STATISTIC ANALYSIS ON POPULATION GROWTH AT SURROUND CANDIDATE LOCATION OF NPP UJUNG LEMAHABANG, KABUPATEN JEPARA. As a receptor component of environment risk analysis, population growt h analysis is needed to estimate magnitude as well as mitigation impact of hazard source release. This paper describe statistical method to predict factors that influence population growth spatially and its growth for future. Analysis result using Multiple Regression Analysis and Principal Component Analysis shown that availability of electrical, road, furniture industry, time, level of land, distance from Demak, agribisnis, mining influence the growth of population with determinan coeficient of 94,6% or 95%. The estimation of population at 2016, 2036, and 2056 are 3.876.371, 5.815.101, dan 7.753.831 persons.
. Read More...

Rabu, 28 Januari 2009

ABSTRACT CLIMATE CHANGES

OVERVIEW OF CLIMATE CHANGES AND WATER RELATED PROBLEMS IN INDONESIA[1]
By: A. Hafied A. Gany[2]
gany@hafied.org; hafiedgany@gmail.com

ABSTRACT

Despite that the climate change (CC) has already been exposed by many countries in the world, however, Indonesia has only been acquainted with the short term observation only to some research institutes, universities and other related agencies. Till today there are still many parties that are yet pay attention to the occurrence of CC, even many community members who are still considered the CC as a garbage story that could not possibly taken place and affecting the livelihood and environment. In most cases, for those who aware of the CC in Indonesia, it is only concerning with rapid deforestation, forest fires, degraded peatlands, and diminishing carbon ‘sinks’ – as also believed by many scientists as a major contributor to global warming (GW). This postulation is not wrong at all, but it is only about part of the CC circumstances. In facts, Indonesian as the archipelago country will also be the major victims of the CC. Therefore, if we do not immediately get used to this newly CC’s induced environment we would suffer from the immediate consequences. For instance, the increasing uncertainty of water has been suspected by many researchers and practitioners as due to the impacts of Global Changes (GC), which was initially trigged by the continuous effect of CC. In an attempt to give thoughts to the nature of CC and water related problems as well as the subsequent “mitigation” or “adaptation” strategies of the GC to the continuous effects, in general, and to water related problems, one should initially know about the nature of GC in connection with climate system and their implications, as well as the subsequent alternative measures to resolve the underlying constraints and problems.
This paper discusses the nature of GC and it’s associated, human caused GC, CC’s implications, theoretical and empirical perspectives, as well as evidences of their adverse impacts and the way forward to “mitigate” or “adapt” the related impacts. Some alternative measures in terms of “mitigation” and “adaptation” strategies are outlined in this paper giving some perspective on immediate targets for actions. It is evident from the concluding remarks that the CC with its relationship to the adverse impacts in Indonesia are far more complicated than one’s ever had in mind before. So, we mutually have to do things right now, to deal with the GCs and the CC’s related circumstance for saving our environment in particular and other global consequences in general.
Keywords: Climate Change, Water Related Problems, Indonesia

This paper has been prepared by A. Hafied A. Gany, Ph.D., P.Eng., for Seminar on Climate Change Adaptation in Water Resources Development and Management., conducted by JICA and River Bureau of Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism (MLIT), Japan in Cooperation with Directorate General of Water Resources, Ministry of Public Works, Indonesia, Jakarta 28 January, 2009.
Mr. A. Hafied A. Gany, Ph.D., P.Eng, is the Vice President of International Commission on Irrigation and Drainage (ICID); and senior HRD advisor to the Ministry of Public Works, Republic of Indonesia on Water Resources and Irrigation Development and Management. gany@hafied.org.
Read More...

Kamis, 22 Januari 2009

KRITERIA PEMILIHAN TAPAK PLTN


SEKEDAR INFO TENTANG PEMILIHAN TAPAK
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

Pemilihan lokasi pendirian PLTN merupakan langkah awal yang paling penting dalam pembangunan suatu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Berikut ini adalah sekedar info tentang kriteria pemilihan lokasi tapak PLTN.

1. Kemampuan Mendukung Sistem Pendinginan
Tapak yang akan dijadikan tempat pembangunan PLTN harus memiliki kapasitas yang dapat mendukung berbagai tipe sistem pendingin yang akan digunakan. Beberapa tipe pendinginan yang banyak digunakan antara lain: reservoir, pembuangan langsung, menara pendingin, penggunaan air tanah, air permukaan, danau atau sungai. Tiap sistem dan tipe pendingin mensyaratkan kondisi tanah, kondisi lingkungan dan faktor lainnya. Hasil akhirnya adalah jenis tapak yang dapat mendukung sistem pendingin yang akan dibangun.

2. Kedekatan Dengan Pusat Beban
Secara ideal, instalasi PLTN dibangun di lokasi yang dekat dengan tapak yang membutuhkan beban listrik terbanyak. Suatu lokasi penghasil listrik dikatakan handal bila dapat mengurangi ketergantungan pada jalur transmisi yang panjang. Jalur yang panjang berpotensi terkena kecelakaan baik yang berasal dari alam atau perbuatan manusia. Tiap lokasi penghasil listrik diharapkan memiliki pasokan dayanya masing-masing sehingga jika kecelakaan terjadi tidak akan memadamkan keseluruhan sistem. Disamping itu dari segi biaya, pengadaan peralatan dan konstruksi akan memerlukan biaya yang sangat tinggi. Dari sisi transmisi, jalur yang panjang dapat menyebabkan kehilangan daya sampai ke tujuan.

3. Ketersediaan Lahan
Ketersediaan lahan yang cukup merupakan syarat yang harus dipenuhi dengan memperhatikan tipe instalasi daya yang akan dibangun, baik ukuran, jumlah unit, sistem transmisi serta pendinginnya. Dari segi kepemilikan lahan disarankan agar lahan dimiliki oleh beberapa orang sehingga tidak mudah di akusisi.

4. Penggunaan Sumber Daya
Instalasi daya dalam operasinya akan menggunakan sumber daya air dan tanah walaupun dalam penggunaannya tidak benar-benar menghabiskan secara penuh untuk kebutuhan operasi. Pemakaian air lebih cendrung berbentuk pengubahan menjadi bahan kimia, bahan terlarut, atau melalui penguapan.

Instalasi daya menggunakan tanah untuk waktu yang relatif lama, walaupun demikian jumlah tanah tersebut dapat dianggap konstan. Namun, instalasi ini dapat merusak kualitas tertentu dari lahan secara permanen, misalnya tanah yang dikhususkan untuk penyelamatan lingkungan.

5. Akses Transportasi
Saat membangunan instalasi PLTN berbagai peralatan berat, personil, dan pasokan bahan bakar harus dikirim ke lapangan. Untuk ini dituntut tersedianya sistem transportasi yang teratur dan handal, sehingga biaya operasional instalasi tidak mengalami kesulitan besar. Ketersediaan transportasi kereta, highway, dan air sangat memainkan peran besar untuk mendapatkan angkutan murah pasokan bahan bakar suatu instalasi. Transportasi air dan kereta juga penting untuk transportasi bahan bakar fosil, walaupun jalur pipa dapat menggantikan kedua metode transportasi bahan bakar ini. Untuk angkutan jalur air memerlukan akses pelabuhan.

6. Kesesuaian Kondisi Fondasi Tanah
Instalasi PLTN dan peralatan pendukung lainnya harus dibangun pada lahan dengan fondasi yang tidak hanya dapat mendukung beban dan kondisi geologi normal, tetapi juga, khusus pada PLTN, pada kondisi tidak normal dan gempa yang besar.

7. Biaya Sambungan Transmisi
Daya listrik yang dihasilkan harus dapat mencapai pusat beban dan didistribusikan ke masing-masing konsumen. Agar instalasi baru dapat dihubungkan ke sistem daya listrik yang ada, instalasi harus dihubungkan dengan sistem transmisi yang sudah ada. Karena tingginya biaya peralatan tegangan tinggi dan transmisi langsung, maka instalasi PLTN harus diletakkan pada lokasi sedekat mungkin dengan koridor sistem tegangan tinggi yang sudah ada. Tidak dapat dihindari perlunya sambungan transmisi, akan tetapi pertimbangan biaya memaksa bahwa sambungan tersebut tidak memiliki panjang yang berlebihan.

8. Dampak Lingkungan
Suatu instalasi PLTN memiliki potensi mempengaruhi dampak lingkungan dalam beberapa bentuk. Beberapa dari dampak ini bersifat sementara dan kecil perannya dibanding dampak saat melakukan konstruksi. Dampak lain bisa saja agak serius bila tidak ada langkah perlindungan yang dibuat, seperti pada kasus dampak kualitas air dan udara terhadap lingkungan biologi. Disamping itu ada dampak lain yang tidak dapat disentuh yaitu dampak kebisingan dan estetika.
Dampak yang berkaitan dengan operasi instalasi PLTN adalah dampak lingkungan oleh jalur transmisi dan pengiriman bahan bakar. Dampak ini mulai menjadi penting sejalan dengan peningkatan permintaan energi yang menyebabkan semakin besarnya kapasitas suatu instalasi dan tapak pembangunannya. Oleh karena itu pada pembangunan PLTN analisis dampak lingkungan merupakan faktor kunci diberikannya ijin pembangunan PLTN atau tidak

9. Proses Pasokan Air
Tiap instalasi PLTN harus memiliki akses ke pasokan air dengan keandalan dan kualitas tinggi untuk penambahan air pendidihan, penggunaan domestik dan pribadi.

10. Kerapatan Penduduk
Tuntutan lokasi PLTN dekat dengan pusat beban akan berkaitan erat kerapatan penduduk. Umumnya lokasi pusat beban adalah juga lokasi pusat penduduk, dengan demikian penentuan kerapatan penduduk yang boleh ada disekitar PLTN menjadi pertimbangan penting dalam menentukan suatu tapak instalasi. Tidak disarankan ada populasi yang langsung bersebelahan dengan PLTN atau keberadaan industri besar lainnya dekat tapak. Untuk menghindari ini maka pada PLTN ditetapkan suatu zona yang sering disebut sebagai “zona ekslusif.” Zona ini berada dalam penguasaan penguasa PLTN dan tidak boleh penduduk bertempat tinggal disana. Zona ini berkisar pada radius lebih kurang 1 mil dari instalasi tergantung pada jenis PLTN dan kondisi meteorologi tapak. Dalam perencanaan harus memperhatikan masalah yang akan muncul setelah instalasi di bangun jika terjadi pertambahan banyak penduduk di sekitar instalasi setelah reaktor beroperasi.

11. Dampak Sosio-Ekonomi
Masa pembangunan dan operasai suatu instansi PLTN juga memberi dampak yang terhadap kondisi sosio-ekonomi di sekitar wilayah. Jika instalasi yang akan dibangun relatif terisolasi, secara ekonomi adalah kawasan yang belum berkembang dan berpenduduk sedikit, instalasi tersebut akan akan mempunyai pengaruh penting terhadap ekonomi kawasan, tingkat pelayanan pemerintah, struktur sosial, aktivitas dan kualitas hidup. Tetapi bila dibangun wilayah relatif dekat dengan pusat aktivitas ekonomi, potensi dampak sosial ekonomi kurang penting.
Selama masa konstruksi dan operasi, pembangunan akan menarik pekerja-pekerja ke dengan bayaran mahal ke wilayahnya. Akan tetapi kebanyakan tenaga kerja berikut bayarannya akan pergi meninggalkan wilayah area setelah selesai konstruksi.

Kehadiran fasilitas PLTN akan merupakan penambahan pajak bagi pemerintah lokal. Biaya dari barang-barang yang terkena pajak akan seimbang dengan meningkatnya permintaan layanan pemerintah seperti air, kesehatan, polisi, dan jalan.

Dimensi lain berkaitan dengan aktivitas komersial menstimulasi pertumbuhan bank, toko retail, services, dan aktivitas lainnya untuk melayani kebutuhan baik pekerja konstruksi, staff operasional, Tergantung pada perilaku sosio-ekonomi suatu wilayah, suatu instalasi PLTN mempunyai dampak yang mungkin lebih atau kurang dari yang diinginkan.

12. Kompatibilitas Sistem
Penerimaan terhadap suatu tapak PLTN bukanlah hasil dari satu kumpulan faktor dan kondisi alternatif. Berbagai tipe tapak PLTN yang ada saat ini memiliki keuntungan dan kerugiannya akan kehadiran PLTN.
Perencanaan sistem pada prinsipnya diperlukan untuk mampu memberikan tingkat keandalan, keselamatan, dan efisiensi dengan tidak menggantungkan diri pada satu tipe PLTN. Dengan demikian, tapak PLTN tidak dapat dikatakan merupakan satu kesatuan terpisah dari keseluruhan system di dalam mana ia berfungsi. Dengan menjalankan proses pemilihan tapak berdasarkan kriteria di atas dapat dihasilkan sistem daya listrik yang kuat oleh karena telah mempertimbangkan keseimbangan dan diversifikasi dari berbagai tipe teknologi, berbagai tipe kawasan untuk lokasi yang berbeda tergantung pada pusat beban dan jalur transmisi.

Disamping suatu tapak dipilih untuk tujuan penerimaan saja, suatu tapak juga dipilih untuk memenuhi kebutuhan daya listrik saat ini.

13. Penutup
Dalam rangka menuju PLTN pertama di Indonesia, BATAN atau Badan Tenaga Nuklir Nasional telah melakukan studi tapak yang telah dituangkan dalam berbagai laporan. Bila pembaca memerlukannya kami dapat membantu menyediakkannya.
Read More...

Ceramah Ilmiah Prof. Takao IIda

Berikut kami sampaikan topik-topik ceramah ilmiah Prof. Takao IIDA, dari Nagoya University yang diadakan pada Hari Kamis, tanggal 15 Januari 2009 di Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) BATAN dari pk 09.30 – 12.00. Profesor Takao IIDA adalah ahli proteksi radiasi, khususnya mengenai system proteksi radiasi lingkungan (radon, plutonium, dan lain-lain. Bila anda tertarik dengan materi presentasi atau memerlukannya kami dapat membantu untuk memperolehnya. Salam.

1. Vertical profiles of 222Rn concentrations in the upper atmosphere
○ Objects 
  1. Radon behavior in the upper atmosphere         
  2. Tracer as air pollution                      
  3. Transport mechanism by clouds

○ Required characteristics for measuring method   
  1. Measurable less than 0.1 Bq m-3 accurately        
  2. Low background counting                    
  3. Air sampling                             
  4. Can vacuum in the monitor5. Easy acquisition of data  
  5. Easy acquisition of data  

2. Behavior of tritium in the environment Tracer for water(H2O)
1.Origin of tritium in the environment
2.Time variations of tritium concentration in rainfall
3.Time variations of tritium concentration in atmospheric water vapor
4.Long range transport of tritium in atmospheric water vapor
5.Measurements of atmospheric HTO, HT, CH3T
6.Measurement of tritium flux from the ground surface
7.Removal of atmospheric tritium due to rainfall

3. Behavior of atmospheric methane and CO in the environment
1.Contribution of greenhouse effect gas
2.Carbon isotopic ratio of methane from various origin
3.Separation procedure of atmospheric methane
4.Methane concentration and carbon isotopic ratio
5.Separation procedure of atmospheric CO
6.Measurement of atmospheric 14CO concentration   

4. Isotopes in Environmental Science
Purpose
• Development of carbon cycle evaluation method using carbon isotope ratios
• Evaluation environmental behavior of C-14 for radiological dose assessment
• Development of methodology of atmospheric tracer using radon isotopes

Themes

l Study on Carbon Cycle in Forest by Using Isotopic Information
l Study on Atmospheric Transport in East Asian Region Using Radon Isotopes as a Tracer.
Read More...

Rabu, 07 Januari 2009

ABSTRAK DISERTASI

JUPITER SITORUS PANE. Investigating Radiological Impact Release and Land Use Surrounding Nuclear Power Plant Installation for Emergency Preparedness. A Case Study is at Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria, County of Jepara. Under supervision of MUHAMMAD SRI SAENI, BUNASOR SANIM, ERNAN RUSTIADI, AND HUDI HASTOWO.

There are four aims of this study: first, to analyse spatially the distribution of the radionuclide release during an accident of Nuclear Power Plant (NPP) at Ujung Lemahabang; second to analyse consequences of radiological release to people surround NPP within its life time, and third, to analyse population growth and its influence to the radiological consequences, and to analyse the arrangement of site zone for preparing emergency planning in order to minimize the radiological impact. The hypothesis in this study is that through the controlling off-site zone of Nuclear Power Plant and preparing emergency planning since the beginning, people surround NPP could be prevented from serious harmful radiological impact, and let the environment of the NPP in safe condition within the whole life of the installation. The study was carried out through direct observation to the field, Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria, County of Jepara, gathering data from some sources and analysing them based on radionuclide release during severe accident of loss of coolant (LOCA). The radionuclides inventory released were calculated based on its phase of release within containment. By assuming allowable leakage of containment as 0.1% per day, the source strength from containment was calculated and inputed to Gaussian Model of Dispersion to estimate spatial distribution of radionuclides concentration and individual dose. Based on the dose level, zones of emergency preparedness was determined using Geographical Information System (GIS) as Precautionary Protective Action Zone (PAZ), 0-2 km, Urgent Protective Action Planned Zone (UPZ), 2-10 km, and Long Term Protective Action Zone (LPZ) >10 km.) as well as calculating damage cost. The important result of this study are: (1) It had been identified that the dominant distribution of dose is mostly to South, location of critical group of population was found at radii of 500 m to West, and exclusion zone is less than 1000 m, (2) no short term consequences occur during normal and accident condition, however the consequences appear for long term. But it still low. (3) the growth of population surround the NPP are centred spatially to the dense population cities that are more than 10 km from NPP. It fulfilled criteria of NPPs Siting in which they must be far away dense population to avoid radiological consequences and cost, and (4) the site space surround NPP are low population zone since it dominated by rubber forest and no man-made activities that could threaten the operation of NPP. These condition should be preserved by introducing the ULA location in spatial planning policy of Jepara County. In addition the result was used to prepare emergency planning .

Key words: nuclear power plant, release, dispersion, effective dose, consequences, protective zone


JUPITER SITORUS PANE. Kajian Dampak Radiologi dan Pemanfaatan Ruang Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Dalam Penyiapan Tanggap Darurat. Studi kasus: Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria, Kabupaten Jepara. Dibimbing oleh MUHAMMAD SRI SAENI, BUNASOR SANIM, ERNAN RUSTIADI, HUDI HASTOWO.

Ada empat hal yang menjadi tujuan penelitian, pertama, menganalisis secara spasial kemungkinan penyebaran bahan radionuklida bila terjadi kecelakaan suatu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Ujung Lemahabang; kedua, menganalisis dampak radiologi secara individu dan kolektif dan dampak ekonomi yang ditimbulkannya, ketiga, menganalisa pertumbuhan penduduk dan pengaruhnya terhadap dampak radiologi dan ke empat menganalisis pemanfaatan ruang sekitar PLTN dalam kaitannya dengan penyiapan tanggap darurat. Hipotesis dari penelitian ini adalah: melalui pengendalian pemanfaatan ruang sekitar PLTN dan perencanaan sistem tanggap darurat penduduk dapat terhindar dari dampak radiologi bila terjadi kecelakaan. Studi dilakukan dengan observasi ke lapangan yaitu Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria, kabupaten Jepara, mengumpulkan data dari berbagai sumber dan menganalisisnya berdasarkan distribusi pelepasan radionuklida pada kondisi kecelakaan parah. Pelepasan radionuklida dihitung mengikuti fasa lolosnya radionuklida melalui lapis barrier sampai ke pengungkung. Sumber radionuklida yang keluar dari pengungkung didispersi ke atmosfir dengan menggunakan model distribusi Gauss untuk mengestimasi sebaran konsentrasi dan dosis individu. Berdasarkan perkiraan dosis ini dan dengan bantuan sistem informasi geografis (SIG) disusun zone kedaruratan yang meliputi zone PAZ, 0-2 km, UPZ, 2-10 km, LPZ, > 10 km. Selanjutnya diperkirakan besar dampak radiologi dan biaya kerusakan yang ditimbulkannya. Hasil penting dari penelitian ini adalah: (1) teridentifikasinya sebaran dosis dominan pelepasan bahan radionuklida yaitu ke arah Selatan, lokasi critical group pada radius 500 m ke arah Barat, dan zone ekslusi pada Jarak <> 10 km. Selanjutnya diperkirakan besar dampak radiologi dan biaya kerusakan yang ditimbulkannya. Hasil penting dari penelitian ini adalah: (1) teridentifikasinya sebaran dosis dominan pelepasan bahan radionuklida yaitu ke arah Selatan, lokasi critical group pada radius 500 m ke arah Barat, dan zone ekslusi pada Jarak < 1 km dari Ujung Lemahabang, (2) terbukti bahwa tidak terdapat dampak radiologi segera oleh pelepasan bahan radionuklida pada kondisi normal maupun kecelakaan, namun untuk jangka panjang dampak tersebut menunjukkan konsekuensi yang nyata namun masih sangat kecil, (3) terindikasi bahwa pola pertumbuhan penduduk di sekitar PLTN berpusat pada kota berpenduduk rapat dengan jarak di atas 10 km dari PLTN, hal ini sesuai dengan persyaratan penentuan lokasi PLTN dimana PLTN harus dibangun jauh dari pusat kerapatan penduduk untuk menghindari dampak radiologi yang besar dan biaya kerusakannya, 4) kondisi pemanfaatan ruang saat ini masih berpenduduk rendah karena wilayah didominasi oleh perkebunan karet dan tidak ada aktivitas yang dapat mengancam beroperasinya PLTN. Kondisi ini harus dipertahankan dengan memasukkan rencana lokasi PLTN ini ke dalam kebijakan tata ruang Kabupaten Jepara, demikian pula hasil ini dijadikan landasan untuk mempersiapkan rencana tanggap darurat.

Kata kunci: Pembangkit listrik tenaga nuklir, pelepasan, dispersi, dosis efektif, dampak, zone kedaruratan.. Read More...

Sabtu, 03 Januari 2009

PERILAKU YANG MENUAI KRISIS

Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak krisis ekonomi global telah meluluh lantakan kejayaan suatu negara raksasa yang gelombangnya semakin menjulang di negara-negara besar lainnya dan bahkan lebih parah di Negara dunia ke tiga. Perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah berdiri puluhan tahun yang lalu dengan kekuatan modalnya yang luar biasa akhirnya collapse oleh terpaan krisis global. Sekarang masing-masing Negara mulai memproteksi dirinya sendiri dengan menggalakkan ekonomi domestiknya ketimbang melakukan ekspor seperti yang selama ini terjadi untuk menunjukkan hegemoninya.

Tidak lama lagi akan ada jeritan di negara-negara yang hidupnya mengandalkan ekspor karena negara tujuan ekspornya sudah menutup diri demi keselamatan warga Negaranya sendiri. Akan ada pemutusan hubungan kerja besar-besaran karena produk usahanya tidak dapat terjual, akan muncul kemiskinan, kelaparan dalam jumlah ratusan juta orang di dunia, dan sebagai dampaknya akan muncul kekerasan dimana-mana.

Timbul pertanyaan, adakah peran peralatan senjata strategis yang selama ini dibangun oleh Negara-negara maju sebagai lambang pertahanan mampu menahan masalah global yang dihadapi sekarang. Sama sekali tidak. Peralatan senjata strategis itu tidak memiliki perannya apa-apa. Kecuali untuk Israel dan Palestina dan Taliban di Afganistan yang saat ini sedang berperang hancur-hancuran.

Disisi lain, biaya dan pengurasan sumber daya alam yang dipakai untuk membangun senjata penghancur tersebut sudah demikian raksasanya, belum lagi memikirkan potensi kehancuran dan kerusakan umat manusia dan bumi yang akan ditimbulkannya. Tingginya jumlah penduduk dan perkembangan teknologi industri telah pula menjadi sumber terjadinya kerusakan lingkungan yang hebat yang dapat mengancam kesejahteraan dan kesehatan hidup. Lalu apa arti kemakmuran ekonomi dan kekuatan pertahanan yang dielu-elukan selama ini kalau harus berakhir dengan kehancuran seperti yang terjadi saat ini, dibanding dengan kerusakan hidup dan lingkungan yang ditimbulkannya?

Krisis global yang dihadapi sekarang sudah sangat komplek dan multidimensional, yang menyentuh berbagai aspek kehidupan seperti kesehatan dan mata pencarian, kualitas lingkungan dan hubungan sosial, ekonomi, teknologi dan politik, sesungguhnya telah dipicu oleh krisis yang berdimensi intelektual, moral dan spiritual yang mempengaruhi perilaku seseorang. Gerakan perilaku bersaing di atas perilaku kerjasama telah menunjukkan tendensi penonjolan diri dalam masyarakat.. Pengikut Darwin dalam ilmu sosial pada abad ke sembilan belas percaya bahwa semua kehidupan dalam masyarakat harus berjuang untuk bereksistensi yang diatur oleh hukum ”social of the fittest.” Dan yang lebih galaknya persaingan dianggap sebagai pendorong ekonomi yang telah mendorong dunia usaha melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam dan menciptakan pola-pola konsumsi bersaing.

Pernyataan Descartes yang terkenal ”cogito, ergo sum” yang artinya ”saya berpikir maka saya ada” telah mendorong dunia Barat mengklaim identitas diri mereka sebagai orang yang berpikiran rasional dan bukan sebagai sebagai organisme yang hidup. Pikiran materialistis inilah yang membawa manusia pada sikap yang menyatakan bahwa alam semesta sebagai sebuah sistem mekanis saja yang terdiri dari benda-benda terpisah yang nantinya direduksi menjadi balok-balok bangunan yang sifat dan interaksinya akan sangat menentukan semua fenomena alam. Pandangan ini dikenal dengan pandangan Cartesian dan telah menyebabkan eksploitasi sumber daya alam. Penekanan yang berlebihan pada metode ilmiah dan pada pikiran rasional analitis telah menimbulkan sikap anti ekologis yang menuai kerusakan lingkungan.

Oleh karena itu dalam kondisi kehidupan dan lingkungan yang semakin rusak ini, pandangan yang tertuju pada kesadaran ekologis sangat mutlak diperlukan. Kesadaran ekologis akan memadukan pengetahuan rasional dengan intuisi lingkungan yang dapat menjadi suatu perilaku yang beretika atau disebut juga etika lingkungan.

Sanggupkan kehidupan yang beretika terhadap lingkungan dapat mengurangi kerusakan lingkungan? Hal ini jelas sekali, apalagi bila kita dapat melihat bumi ini sebagai organisme hidup sebagaimana dikatakan Carolyn Merchant pada abad pertengahan, yang dikutip dari buku Titik Balik Peradaban karangan Fritjof Capra:
Gambaran bumi sebagai organisme hidup dan ibu susuan berfungsi sebagai hambatan budaya yang membatasi tindakan manusia. Seseorang tidak akan mudah menyembelih ibunya, menggali isi perutnya untuk mendapatkan emas, atau merusak tubuhnya... Selama bumi dianggap hidup dan berperasaan, melakukan tindakan yang merusak bumi dianggap suatu pelanggaran terhadap perilaku etis manusia.

Sayang pandangan ini akhirnya hilang dan diganti oleh pandangan Descartes yang menyatakan alam semesta sebuah sistem mekanis telah memberi persetujuan ilmiah pada manipulasi dan eksploitasi yang telah menjadi karakter budaya Barat.

Krisis global telah menunjukkan bukti bahwa bumi telah bereaksi terhadap sistem mekanis yang masih banyak berlaku saat ini. Untuk kembali kepada pandangan bahwa bumi sebagai organisme hidup telah mustahil dapat dilakukan tanpa perubahan perilaku manusia secara menyeluruh. Ketidak sediaan negara adidaya untuk meratifikasi Protokol Kyoto telah menunjukkan ketidak sepakatan untuk merubah perilaku manusia terhadap bumi. Adanya kepentingan-kepentingan kelompok atau golongan yang ingin menguasai bumi atau sebagian bumi hanya akan mempertahankan perilaku yang dapat mencabik-cabik peradaban di atas bumi karena perjuangannya akan selalu disertai dengan kekerasan. Kebencian yang dikembangkan dan hegemoni yang dipertahankan hanya akan terus mendorong pada kehidupan yang meneggangkan. Bumi akan berubah menjadi kancah peperangan, kekerasan, kebencian, padahal menurut penciptanya bumi ini adalah tempat manusia hidup dan menerima berkat Tuhan sehingga ia dapat bersyukur dan menikmatinya, atau sering diistilahkan sebagai bermanja.
Penulis merasa yakin bahwa krisis yang berdimensi intelektual, moral dan spiritual ini dapat diatasi dalam semangat memberi, memberi kepada kehidupan, tanpa memandang bulu, bukan sebaliknya sikap yang selalu menanti atau bahkan mengambil.

Salam. Read More...

Jumat, 02 Januari 2009

Puisi Menyambut Tahun Baru

Bumi ini tempat bermanja (ingan ergani)

Tak terasa tahun tahun hidup berjalan
Manusia hidup, tumbuh dan berkembang silih berganti,

Namun bumi,
Ia tetap berputar pada porosnya dengan tak tergoyahkan
seakan tak peduli siapa yang lahir dan siapa yang berakhir,
apa yang diperjuangkannya dan apa yang ingin digapainya
kehormatan, kebajikan, kekayaan atau apapun yang ada dalam pikirannya

Bumi akan tetap selalu memberi dan memberi
sumberdaya alam.

Adalah manusia yang ingin menguasainya,
Mengambilnya dan mengurasnya
Bagi pribadinya,
Kelompoknya,
Bangsanya
Hegemoninya.
Dominasinya,

Seakan tak peduli,
ada kebencian dan kepahitan lahir disana,
ada kekerasan yang dipicu oleh ketidak adilan,
ada peperangan berkecamuk,
ada kepapahan dan ketak berdayaan

Namun bumi
Ia tetap berputar pada porosnya seturut dengan rencana Tuhan yang menciptakannya
seakan tak peduli siapa yang lahir dan siapa yang berakhir,
apa yang diperjuangkannya dan apa yang ingin digapainya
kehormatan, kebajikan, kekayaan atau apapun yang ada dalam pikirannya

Bumi akan tetap selalu memberi dan memberi
sumberdaya alam.

Adalah manusia yang dapat memanfaatkannya,
memeliharanya dan merawatnya
Bagi keperluan seluruh ciptaan Tuhan,

Mempertahankan hutan sebagai paru-paru bumi,
Menjaga kelestarian bumi serta lingkungan
Memerangi kemiskinan dan ketidak adilan,
Mempertahankan kesuburan lahan
bagi terwujudnya jaring rantai makanan
Namun bumi
Ia tetap berputar pada porosnya seturut dengan rencana Tuhan yang menciptakannya
seakan tak peduli siapa yang lahir dan siapa yang berakhir,
apa yang diperjuangkannya dan apa yang ingin digapainya
kehormatan, kebajikan, kekayaan atau apapun yang ada dalam pikirannya.

Bumi akan tetap selalu memberi dan memberi
bagi seluruh ciptaan Tuhan

Di awal Tahun ini
Langkahku kian pasti
Memilih kebajikan untuk hidup,
mengikuti bumi yang berputar,
yang selalu memberi dan memberi,
Ketika hidup harus berganti
Ku kan tahu pasti
bumi ini tempat bermanja (ingan ergani)
Bagi seluruh ciptaan Tuhan

Selamat Tahun baru 2009! Read More...